Hadi Nirwanto1
Abstrak
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pertunjukan seni karawitan
dari tahun 2002 sampai 2012, untuk mengetahui motivasi apa yang menjadikan
masyarakat untuk tetap mengadakan pertunjukan seni karawitan, dan bagaimana
dampak dari mengadakan pertunjukan seni
karawitan pada masyarakat.sumber data pada penelitian ini ada 2, yaitu sumber
data primer dan sekunder. Validasi yang dipergunakan untuk
menguji kebenaran data yaitu menggunakan validasi sumber. Analisis data yang
digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang
didalamnya terdapat 3 tahapan yaitu melalui proses reduksi data, sajian data
dan verifikasi atau proses penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa masyarakat Desa Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi
menampilkan pertunjukan seni karawitan sebagai salah satu hiburan rakyat karena
didasarkan keinginan hati mereka atau kemantapan dalam hati mereka. Faktor
ekonomi mepengaruhi masyarakat untuk menyewa kesenian tersebut karena kesenian
karawitan tergolong seni hiburan yang mahal. Mereka pada perkembangannya tidak
memandang lagi tentang biaya yang yang harus dikeluarkan karena semakin
membaiknya perekonomian masyarakat Desa Baderan. Masyarakat Desa Baderan dalam
menampilkan pertunjukan seni karwitan bertujuan untuk memperkenalkan kembali
kesenian tradisional mereka kepada para pemuda Desa Baderan agar mereka dapat
melestarikan kembali kesenian tersebut. Adapun dampak sosial yang ada pada
masyarakat adalah pada awal munculnya seni karawitan masyarakat yang
menampilkan kesenian tersebut memiliki status sosial yang tinggi dan ada faktor
gengi yang cukup besar yang mempengaruhinya, akan tetapi pada perkembangannya
pertunjukan seni karawitan mampu ditampilkan oleh hampir semua kalangan. Gengsi
yang melatarbelakangi orang menampilkan kesenian tersebut lama kelamaan mulai
menurun seiring semakin seringnya menampilkan kesenian tersebut dan membaiknya
perekonomian masyarakat. Berkembangnya pertunjukan seni karawitan membawa
masyarakat Baderan untuk merintis kembali kesenian tradisional ini. Hal ini
ditunjukan dengan mulai dibentuknya kembali kesenian karawitan di Desa Baderan
yang bernama “Marsudi Laras”.
Kata Kunci: Pertunjukan Seni, Karawitan
Pendahuluan
Perkembangan zaman
mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk dalam
kebudayaan. Kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial atau masyarakat akan
bergeser seiring perkembangan zaman.
Kebudayaan sendiri berasal dari kata buddhayah
(bahasa sansekerta) yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang dapat diartikan
sebagai budi atau akal. Dalam bahasa Latin kata budaya berasal dari kata colera yang berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah. Sehingga kebudayaan adalah
hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal (Soerjono Soekanto, 1990:188). Menurut E.B. Tylor dalam
(Soerjono Soekanto, 1990:188) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat-istiadat dan kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai masyarakat.
Kebudayaan mengandung unsur-unsur yang di dalamnya digunakan
untuk mempermudah pengklasifikasian dari kebudayaan tersebut. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut akan ada pada setiap kebudayaan di seluruh dunia dan sudah diakui secara universal. Adapun ketujuh
unsur kebudayaan menurut Soerjono Soekanto (1990:193) adalah sebagai berikut: 1)
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia. 2) Mata pencaharian hidup dan
sistem-sistem ekonomi. 3) Sistem kemasyarakatan. 4) Bahasa. 5) Kesenian.
6) Sistem pengetahuan. 7) Religi.
Seni merupakan unsur kebudayaan yang berwujud aktivitas
manusia. Di Desa Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi terdapat seni
pertunjukan karawitan yang dari tahun ke tahun mulai diminati olah masyarakat
setempat. Masyarakat mengadakan seni pertunjukan karawitan pada waktu mereka
mempunyai hajatan, baik itu pernikahan, ataupun khitanan. Sebelumnya seni
pertunjukan di dominasi oleh kesenian modern misalnya saja elekton, campursari,
dan lain-lain, akan tetapi sejak tahun 2002 seni karawitan mulai eksis
dikalangan masyarakat dan semakin eksis pada tahun 2009.
Seni pertunjukan pada
masyarakat Jawa sekarang ini sudah mengalami perkembangan seiring dengan adanya
modernisasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya interaksi antara seni
pertunjukan lama dengan seni pertunjukan yang baru sehingga menghasilkan sebuah
seni pertunjukan yang lebih atraktif dan
cocok dengan kondisi masyarakat. Secara umum seni pertunjukan pada masyarakat
Jawa berfungsi sebagai alat upacara atau ritual.
Sebagai seni
pertunjukan juga berfungsi sebagai hiburan pribadi, seni pertunjukan karawitan
para penikmatnya melibatkan dirinya sendiri dalam pertunjukan tersebut. Mereka
bebas berekspresi tanpa ada aturan-aturan yang ketat dan mengikat pada penikmat
seni pertunjukan karawitan. “Dalam jenis tari yang berfungsi sebagai hiburan
pribadi setiap orang penikmat memiliki gaya pribadi sendiri-sendiri. Tak ada
aturan yang ketat untuk tampil diatas panggung” (Soedarsono, 1998:98).
Keberadaan seni
pertunjukan Indonesia dalam masyarakat pedesaan berbeda dengan masyarakat
perkotaan. Masyarakat pedesaan memiliki norma-norma sebagai kontrol sosial yang
masih mengikat pada setiap individunya. Adanya kontrol sosial tersebut
menyebabkan kreativitas seorang seniman akan relatif terdesak oleh aturan yang
ada. Karya seni pertunjukan Indonesia lama dalam pewarisanya kepada generasi
muda belum banyak mengalami perubahan, karena dengan kontrol sosial yang ada
dalam masyarakat akan tetap menjaga kemurnian dari seni pertunjukan yang ada.
Pada penyelengaraan seni pertunjukan lama di Indonesia selalu dikaitkan dengan
upacara peralihan seperti khitanan dan pernikahan. Oleh karena itu seni
pertunjukan yang ada di Indonesia tidak lepas dari sistem kepercayaan
masyarakat yang memiliki norma-norma yang sakral (Jacob Sumardjo,
2001:18).
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Ketertarikan masyarakat Desa Baderan
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi terhadap pertunjukan seni karawitan.
2.
Motivasi masyarakat Desa Baderan
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi mengadakan pertunjukan seni karawitan.
3.
Dampak sosial budaya pertunjukan seni
karawitan di Desa Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi.
Hasil penelitian
ini diharapkan hasilnya dapat berguna bagi:
1. Bagi Masyarakat
memberikan
informasi berkaitan dengan fakta-fakta antusias masyarakat terhadap seni
pertunjukan karawitan, motivasi, dan dampak sosial budayanya.
2. Bagi IKIP PGRI Madiun
Menambah
dan melengkapi pustaka yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar.
3. Bagi Penulis
Penulis
dapat mengkaji lebih dalam tentang studi sosial budaya pertunjukan seni karawitan di Desa
Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi.
Tinjauan
Pustaka
A. Seni
Pertunjukan
1. Pengertian
Seni adalah sesuatu yang dibuat manusia yang
mengandung keindahan. Nilai-nilai keindahan dalam seni dapat diwujudkan sebagai
pengalaman yang berisi pembayangan atau imajinasi yang disajikan untuk
penontonya (Edi Sdyawati, 1981:58). Pertunjukan menurut Waridi dkk (2005:41)
adalah “suatu kenyataan yang menampakkan
multi wajah”, sehingga seni pertunjukan dapat diartikan sebagai sebuah
kegiatan yang mengandung keindahan yang menampilkan gerak. Pada penyajian
sebuah seni pertunjukan terdapat proses interaksi antara pemain dengan
penonton.
2. Cabang
Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan memiliki
cabang seni yang lebih spesifik antara lain sebagai berikut:
a. Seni
Theater/Drama
Teater
berasal dari kata Yunani (teatron)
yang diartikan sebagai pusat upacara persembahan yang terletak di tengah-tengah
arena. Pada perkembanganya kata teater berubah menjadi istilah drama yang
berarti sebuah cerita yang disusun dan dipertunjukan oleh para pelaku dengan
gerak atau perbuatan di atas pentas (Tjokroatmojo, 1985:11)
b. Seni
Tari
Seni
tari merupakan kesenian yang menampilkan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
seorang penari pada sebuah pentas. Dalam setiap pementasan kesenian tari
memiliki makna-makna tertentu dalam setiap gerakan yang ditampilkan. Menurut
Anya Petersson Royce terjemahan Widaryanto, (2007:4) tari adalah “gerak ritmik yang dilakukan untuk sesuatu
maksud yang melewati kegunaan”.
c. Seni Musik
Seni musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bunyi-bunyian. Pengertian musik secara etimologi dalam bahasa Yunani adalah mousike yang berarti musik (Nakagawa,
2000:1). Pada seni musik suara dimainkan
disusun secara rapi dan menghasilkan irama yang sesuai dengan alat musiknya.
Dalam perkembangannya, musik dapat dibagi menjadi 2, yaitu musik etnis dan
musik internasional. Musik etnis yaitu musik ada di seluruh dunia. Menurut
Nakagawa, (2000:5) “musik etnis adalah
semua musik-musik yang ada di dunia. Dengan demikian objek penelitian sangat
luas, yaitu mencakup musik-musik di seluruh dunia”. Akan tetapi pada
dasarnya musik etnis masih bersifat kedaerahan karena tidak begitu mendapat
pengaruh dari perkembangan teknologi. Musik internasional adalah sebuah musik
yang tidak memiliki kaitanya dengan musik etnis. Dalam pengertian musik
internasional lebih bersifat universal. Pada musik internasional sesungguhnya
diawali dengan proses musik etnis yang dalam perkembanganya mendapat pengaruh
teknologi (Nakagawa, 2000:5).
3. Fungsi
Seni Pertunjukan
Fungsi seni pertunjukan pada umumnya sama
dengan fungsi dari kebudayaan pada sebuah masyarakat. Fungsi kebudayaan pada
umumnya berfungsi sebagai ritual dan hiburan. Seni pertunjukan memiliki 3
fungsi, antara lain sebagai berikut:
a. Seni
Pertunjukan Sebagai Sarana Ritual
Seni pertunjukan sebagai sarana ritual
berhubungan dengan adat istiadat suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia memliki
bermacam-macam kegiatan adat yang didalamnya terdapat ritual-ritual tertentu
yang disakralkan. Fungsi seni pertunjukan ini lebih terfokus pada masyarakat
yang memiliki nilai-nilai budaya agraris. Misalnya pada masyarakat Jawa yang
memiliki tradisi ruwatan sebagai sarana untuk menghilangkan sifat buruk pada
manusia. Pada tradisi ruwatan ini diwajibkan untuk mempertunjukan kesenian wayang.
Seni pertunjukan sebagai sarana ritual menurut Soedarsono (1998:60) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Diperlukan tempat
pertunjukan yang kadang-kadang
dianggap sakral.
2) Diperlukan pemilihan hari
serta saat yang terpilih yang biasanya dianggap sakral.
3) Diperlukan pemain yang
terpilih, biasanya mereka yang dianggap suci atau yang telah membersihkan diri
secara sepiritual.
4) Diperlukan seperangkat
sesaji yang kadang-kadang sangat banyak jenis macamnya.
5) Tujuan lebih dipentingkan
daripada penampilan secara estetis.
6) Diperlukan busana yang
khas.
b. Seni
Pertunjukan Sebagai Hiburan Pribadi
Fungsi seni pertunjukan sebagai sarana
hiburan pribadi pada masyarakat terfokus pada pementasan seni tersebut yang di
dalamya terdapat interaksi antara pemeran seni pertunjukan dengan penontonnya (art participation). Oleh karena itu
seni pertunjukan hanya dinikmati oleh pelakunya sendiri. Misalnya pada
pertunjukan tayub yang dalam pementasanya seorang penari dan penontonnya
melakukan interaksi dengan menari bersama. Hal ini juga terjadi pada seni
karawitan sekarang ini, sehingga pada fungsi ini seni pertunjukan tidak terlalu
mementingkan nilai estetisnya (Soedarsono, 1998:98).
c. Seni
Pertunjukan Sebagai Presentasi Estetis
Seni
pertunjukan memiliki unsur-unsur ekonomis yang perlu diperhatikan dalam
pementasanya baik itu dari segi pelaku, hingga tempat pementasanya. Pada fungsi
ini seni pertunjukan secara umum digelar di tempat yang telah terkoordinasi,
sehingga diberlakukanya biaya untuk melihat seni pertunjukan ini. Perkembangan
masyarakat yang semakin maju dan tidak tergantung pada kegiatan agraris membuat
mereka memiliki status sosial yang lebih tinggi dan secara otomatis mereka akan
disibukkan dengan pekerjaan mereka. Dengan kesibukan tersebut meeka memerlukan
rekreasi.
Perkembangan seni pertunjukan modern lebih
cepat dikarenakan dalam pementasanya melibatkan kacanggihan teknologi yang
dapat memperindah dari pementasan tersebut. Teknologi sebagai penunjang
perkembangan seni pertunjukan modern memudahkan serta memberikan variasi-variasi
seni yang lebih menarik daripada seni pertunjukan yang bersifat tradisional,
seperti pada Jurnal Pertunjukan Indonesia (1999:98) menyatakan bahwa
perkembangan teknologi modern mempengaruhi konteks-konteks perspektif Jawa
terhadap musik gamelan.
B. Karawitan
1. Pengertian
Karawitan merupakan seperangkat alat
instrumental yang mengeluarkan bunyi-bunyian. Karawitan dalam istilah lain
adalah gamelan yang mengalami pergeseran kata dari gembel yang berarti alat untuk dipukul. Sehingga kata gamelan dapat diartikan sebagai
suatu benda hasil dari benda-benda yang dipukul (Soedarsono dkk, 1985:5).
Gamelan merupakan jenis musik perkusi karena memiliki sejumlah alat musik yang
dipukul.
Karawitan adalah seni musik yang berbeda
dengan musik-musik modern yang berkembang saat ini. Berbeda dengan musik
diatonis, karawitan merupakan golongan musik non diatonis yang memiliki pathet
pelog dan slendro.
Menurut
Soedarsono (1974:45) jenis-jenis gamelan jawa yang lengkap sebagai berikut:
Gender barung tiga buah, gender penerus tiga buah, gender penembung atau
slentem dua buah, gambang tiga buah, clempung dua buah, clempung peking dua
buah, rebab dua buah, seruling dua buah, kendang gending sebuah, kendang ketipung
sebuah, kendang batangan sebuah, bonang penembung dua buah, bonang barung dua
buah, bonang penerus dua buah, saron demung empat buah, saron ricik delapan
buah, saron peking empat buah, ketuk kenong dua set, kempul dua set, gong
suwukan dua buah, gong besar dua buah, bedug sebuah, kempyang dua buah, dan masih ada beberapa instrumen yang
sekarang jarang malah tidak pernah
dimainkan yaitu gambang gangsa, keser, kemanak, dan engkuk-kemong.
2. Sejarah
Karawitan
Karawitan atau gamelan merupakan alat musik
tradisional yang terdiri dari pathet pelog, slendro, dan memiliki kurang lebih
dari 60 instrument dan 27 macam. Gamelan dikenal di Indonesia sudah ada sejak masa kerajaan Hindu-Budhha.
Keberadaaan gamelan ini dapat dibuktikan dengan adanya relief gamelan yang ada
di candi Borobudur dan istilah gamelan yang ada di kitab nagarakartagamatahun 1365 pada zaman kerajaan Majapahit yang
ditulis oleh empu Prapanca. (Soedarsono, 1974:43).
Pada perkembangannya, seni karawitan dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Masa
Islam
Karawitan atau gamelan merupakan seperangkat
alat instrumen yang mengeluarkan bunyi-bunyian. Pada masa pengaruh Islam di
Indonesia, seni karawitan digunakan sebagai alat dakwah islam, baik itu dalam
lirik gendingnya diubah bernafaskan Islam atau sebagai peringatan hari besar
Islam seperti hari Maulid Nabi Muhammad SAW (Soedarsono, 1974:45).
2. Masa
Pengaruh Seni Barat
Pada perkembangan seni
karawitan masa ini ini ditandai dengan masuknya pengaruh seni barat (asing)
pada karawitan sunda,yaitu semasa penjajahan bangsa-bangsa asing di Indonesia
sampai masa revolusi kemerdekaan. Kebudayaan mereka telah banyak
mempengaruhi karawitan sunda dan pemikiran serta wawasan para senimannya. Dalam
perkembangannya, seni karawitan lebih maju dengan adanya sistem penulisan
notasi baik pelog maupun slendro.
3. Masa
Modern
Perkembangan seni karawitan
modern diawali tahun 1945 sampai sekarang. Pada kurun waktu tersebut Indonesia
mulai mengalami perkembangan yang cukup pesat di bidang seni pertunjukan,
dimana pada masa sebelumnya seni pertunjukan hanya diperuntukkan bagi kalangan
istana tapi pada masa ini sudah mulai bisa dinikmati oleh masyarakat luar.
Begitu pula halnya seni karawitan pada masa ini mulai berkembang keluar istana.
Seiring perkembangan teknologi,
industri, informasi,dan komunikasi, para seniman karawitan mulai menampilkan
karya-karya barunya yang bisa dinikmati oleh kalangan muda. Sebagai contoh pada
lagu-lagu karawitan modern yang lebih ringan dan mudah diterima di masyarakat.
Teknologi sebagai sarana pendukung dalam seni pertunjukan telah memberikan
warna baru bagi seni karawitan masa kini. Dapat kita lihat pada pertunjukan
seni karawitan sekarang banyak sekali menampilkan kolaborasi dengan alat-alat
yang lebih modern seperti drum, keyboard, ketipung, dan lain-lain.
Metode Penelitian
A.
Lokasi Penelitian
Desa Baderan merupakan salah
satu desa yang berada di perbatasan antara wilayah Ngawi dan Magetan. Meskipun
keberadaan desa Baderan jauh dari pusat kota, kehidupan masyarakatnya sudah
mulai mengikuti perkembangan zaman baik dalam bidang ekonomi maupun kebudayaan,
akan tetapi pada perkembangannya masyarakat desa Baderan memiliki antusiasme
tinggi pada kesenian karawitan dan banyak para seniman karawitan yang berasal
dari desa Baderan. Oleh karena itu penulis memilih desa Baderan Kecamatan
Geneng Kabupaten Ngawi sebagai tempat penelitian.
B.
Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Pada penulisan skripsi ini,
penulis menggunakan pendekatan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Bogdan dan Taylor dikutip dari Lexy (2012:4)
metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang yang menghasilkan data
deskriptif yang beupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan
perilaku yang diamati. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengarahkan
sebuah penelitian dalam memahami suatu permasalahan sosial pada suatu kelompok
atau individu. Permasalahan sosial dapat berupa budaya, isu-isu gender, ataupun
permasalahan sosial lainya.
C.
Sumber Data, Sampel,
dan Teknik Pengumpulan Sampel
1.
Sumber Data
Pada penelitian kualitatif
sumber data adalah salah satu sumber pengumpulan data yang penting. Sumber data
merupakan sumber data dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 1998:114).
Dengan adanya sumber data ini diharapkan dapat membantu memecahkan permasalahan
dalam penelitian. Sumber Data dibagi menjadi 2, yaitu:
a.
Sumber Data Primer
Sumber Primer adalah sumber data yang disampaikan
oleh saksi mata. Sumber primer pada sebuah penelitian dapat dicontohkan seperti
arsip laporan pemerintahan atau organisasi masa, catatan rapat, daftar anggota,
dan wawancara secara langsung dengan saksi mata (Dudung Abdurahman, 2007:65).
b.
Sumber Data Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber yang disampaikan
oleh bukan saksi mata
yang sebagai contoh adalah buku, koran, dan majalah (Dudung Abdurahman,
2007:65).
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada
metode kualitatif di bedakan menjadi 2 yaitu metode interaksi dan metode
interaktif. Metode interaksi adalah teknik pengumpulan data dengan mengkaji dokumen.
Sedangkan metode interaktif adalah teknik pengumpulan data berkaitan dengan
pengamatan lapangan.
Dalam
penelitian ini, sumber data yang di gunakan penulis adalah:
1.
Observasi
Observasi
adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Pada
metode observasi yang dilakukan oleh seorang peneliti, kegiatan yang mereka
lakukan bukan hanya mencatat, tetapi juga melakukan perbandingan dengan satu
permasalahan satu dengan yang lain. Penelitian dengan menggunakan metode
observasi semakin banyak yang diamatai akan semakin baik dalam hasil akhirnya
karena di dalamnya akan banyak pembanding untuk menguji keabsahan data
tersebut. Semakin banyak objek yang diteliti pada teknik ini juga menimbulkan
dampak negatif pada penelitinya, yaitu “semakin
banyak objek yang diamati, pengamatan semakin sulit, dan hasilnya semakin tidak
teliti” (Suharsimi Arikunto, 1998:235).
2.
Wawancara
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy, 2012:186). Metode wawancara
ditujukan untuk mengamati individu atau kelompok dan mengetahui pendapat mereka
yang berkaitan dengan sebuah permasalahan penelitian. Hasan dalam Emzir
(2011:50) mendefinisikan wawancara sebagai “interaksi
bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah
seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada
orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya”.
3.
Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi adalah untuk mencari data mengenai sebuah peristiwa yang berupa
buku catatan, trasnskrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen, agenda rapat,
dan sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 1998:236). Metode dokumentasi
memiliki kelebihan yaitu tidak mengeluarkan biaya yang mahal dalam penelitian
dan pemanfaatan waktu dan tenaga dengan efektif dan efisien, sedangkan
kekurangan dari metode ini terletak pada bukti dari penelitian yang cenderung
lama dan kemungkinan sudah tidak jelas penulisannya sehingga menyulitkan
peneliti dalam pengutipannya. Dokumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
profil Desa Baderan dan dokumen lain yang berkaitan dengan studi sosial
pertunjukan seni karawitan.
E.
Prosedur Penelitian
Penulis
memilih penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan
tahap-tahap atau prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan Data
a. Dokumen dan arsip yang
diperoleh dari:
1) Kepustakaan IKIP PGRI
Madiun, ISI Solo, ISI Yogyakarta
2) Kantor Kepala Desa
Baderan
3) Literatur lain yang relevan
b. Melakukan Wawancara
dengan: perangkat Desa, Kepala Desa
Baderan dan masyarakat Desa Baderan.
c.
Observasi
yaitu penulis melakukan pengamatan langsung, khususnya masyarakat Desa Baderan yang
pernah mengadakan tradisi perikahan yang menampilkan sebuah seni pertunjukan.
2. Mereduksi data yaitu
setelah data yang dicari terkumpul, kemudian diseleksi validitasnya dan
disusun.
3. Menyajikan data yaitu
setelah data yang diseleksi kemudian disajikan menjadi sebuah karya tulis atau
skripsi.
4. Menarik kesimpulan
berdasarkan semua hal yang telah direduksi dan disajikan. Apabila hasil
kesimpulan yang ditulis kurang memadai, maka peneliti melakukan penelitian
ulang untuk mencari data yang dianggap penting.
F.
Teknik Keabsahan Data
Untuk
menguji validitas data dari penelitian kulaitatif dapat dilakukan dengan
berrbagai cara. Pada metode penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
trianggulasi yaitu penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda dalam
deskripsi dan tema-tema dalam penelitian kualitatif (Emzir, 2011:82). Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.
G.
Analisis Data
Karena
penelitian ini bersifat kualitatif, maka penelitian ini juga dapat disebut
penelitian diskriptif. Sehingga menurut proses, sifat, dan data riset
diskriptifnya bersifat eksploratif. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis interaktif. Dalam analisis interaktif ini dapat
di jelaskan sebagai berikut:
1.
Reduksi data
Diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan data “kasar”
yang muncul dalam catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung
terus menerus selama penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data.
2.
Model Data
Diartikan
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, peneliti
akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
berdasarkan pemahaman tentang penyajian data.
3.
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil akan
ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum
jelas, kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan
maksud-maksud menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya yang merupakan
validitasnya (Emzir, 2011:129-133).
Gambar
3.1. Analisis Kualitatif Model Interaktif Miles
dan Huberman (dalam
H.B. Sutopo, 2006:120)
Sesuai
gambar di atas,
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis interaktif.
Pengumpulan data pada analisis interaktif ditempatkan sebagai komponen yang
merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Pada proses pengumpulan
data pada analisis tersebut seorang peneliti akan terlibat dalam melakukan
perbandingan-perbandingan data, sehingga apabila peneliti tidak aktif dalam
melakukan analisis, maka data tersebut tidak akan terlacak secara induktif
hingga hingga sesuai dalam cakupan dari suatu permasalahan (Burhan Bungin,
2003:70).
Hasil
Penelitian
A. Tinjauan Singkat Desa Baderan Kecamatan
Geneng Kabupaten Ngawi
1.
Keadaan geografis
Desa Baderan merupakan desa yang berada dibagian selatan
Kabupaten Ngawi, dengan batas desa sebelah utara adalah Desa Klampisan
Kecamatan Geneng, sebelah selatan adalah Desa Jeruk Kecamatan Kartoharjo,
sebelah barat adalah Desa Keniten
Kecamatan Geneng, sebelah timur adalah Desa Pojok Kecamatan Kwadungan (Sumber:
Profil Desa Baderan tahun 2010).
Adapun orbitas Desa Baderan Kecamatan
Geneng Kabupaten Ngawi antara lain jarak ke Ibu Kota Kecamatan terdekat adalah
3 km. Lama jarak tempuh ke Kecamatan terdekat 15 menit. Jarak ke Ibu Kota
kabupaten atau kota terdekat 12,5 km, dan jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten
atau Kota terdekat adalah 1 jam (Sumber:
Profil Desa Baderan tahun 2010).
2.
Keadaan Demografis
Demografis merupakan suatu data yang berisikan tentang
kondisi suatu masyarakat.Di dalamnya terdapat data yang diambil oleh peneliti
yang berguna untuk penelitian.
Data-data
tersebut adalah:
a.
Penduduk
Jumlah
penduduk Desa Baderan berdasarkan data
dari profil desa Baderan tahun 2010 adalah 4.082 jiwa yang memiliki kepadatan
penduduk 1.021 jiwa/km2. Penduduk Desa Baderan terdiri dari 1.890
orang laki-laki dan 2.192 orang perempuan. Penduduk di wilayah Desa Baderan
dari tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah penduduk Desa Baderan
pada tahun 2010 berjumlah 4.082 jiwa.Dan pada tahun 2011 penduduk berkurang menjadi 3.951 jiwa/penduduk.
Pengurangan penduduk ini dikarenakan beberapa factor antara lain:
-
Meningkatnya
angka kematian
-
Banyak masyarakat yang bekerja keluar
daerah
b.
Mata pencaharian
Masyarakat
di Desa Baderan mempunyai mata pencaharian yang bermacam-macam, antara lain
sebagai berikut:
Tabel. 4.3 Mata pencaharian di Desa
Baderan tahun 2010
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah
|
1.
|
Petani
|
500
orang
|
2.
|
Buruh
tani
|
400
orang
|
3.
|
Buruh migran
|
34
orang
|
4.
|
Pegawai Negeri Sipil
|
97 orang
|
5.
|
Pengrajin industri rumah tangga
|
2 orang
|
6.
|
Pedagang keliling
|
9 orang
|
7.
|
Peternak
|
72 orang
|
8.
|
Montir
|
3
orang
|
9.
|
Pembantu rumah tangga
|
14 orang
|
10.
|
TNI
|
9 orang
|
11.
|
POLRI
|
5 orang
|
12.
|
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
|
14 orang
|
13.
|
Pengusaha kecil menengah
|
1 orang
|
14.
|
Dosen swasta
|
1 orang
|
15.
|
Karyawan perusahaan swasta
|
18 orang
|
16.
|
Sopir
|
7 orang
|
17.
|
Tukang becak
|
1 orang
|
18.
|
Tukang batu/kayu
|
18 orang
|
19.
|
Kusir dokar
|
1 orang
|
Jumlah
|
1.206 orang
|
Sumber: Monografi Desa Baderan tahun
2010
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa penduduk Desa Baderan sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani 500 jiwa, buruh tani berjumlah 400 jiwa, dan pegawai negeri
sipil berjumlah 97 orang.
c.
Agama
Pembagian
jumlah penduduk Desa Baderan berdasarkan agamanya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pemeluk Agama Desa Baderan
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1.
|
Islam
|
4.081
orang
|
2.
|
Kristen
|
1
orang
|
3.
|
Hindu
|
-
|
4.
|
Budha
|
-
|
Jumlah
|
4.082 Orang
|
Sumber: Monografi Desa Baderan tahun
2010
Berdasarkan table di atas , masyarakat
Desa Baderan sebagian penduduknya beragama islam dengan jumlah 4.081 orang,
sedangkan pemeluk agama Kristen hanya 1 orang.
d.
Pendidikan
Pembagian
jumlah penduduk Desa Baderan berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tingkat pendidikan penduduk
Desa Baderan
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1.
|
Penduduk
tamat SD/sederajat
|
70
orang
|
2.
|
Penduduk
tamat SLTP/sederajat
|
56
orang
|
3.
|
Penduduk
tamat SLTA/sederajat
|
168
orang
|
5.
|
Penduduk
tamat D-2
|
4
orang
|
6.
|
Penduduk
tamat D-3
|
14
orang
|
7.
|
Penduduk
tamat S-1
|
60
orang
|
8.
|
Penduduk
tamat S-2
|
1
orang
|
Jumlah
|
373 orang
|
Sumber: Monografi Desa Baderan tahun
2010
Berdasarkan tabel di atas, Desa Baderan
pada tahun 2010 memiliki penduduk yang tamat SLTA/sederajat dengan jumlah 168
orang, sedangkan yang tamat SD/sederajat hanya berjumlah 70 orang.
B. Ketertarikan Masyarakat Desa Baderan
Terhadap Seni Karawitan
Masyarakat
Desa Baderan pada sampai saat ini masih memiliki kebudayaan yang masih dipegang
teguh dalam kehidupanya. Pada setiap acara yang berkaitan dengan adat istiadat
misalnya khitanan, pernikahan, dan acara tasyakuran masyarakat Desa Baderan
pada umumnya memeriahkan acara tersebut dengan menampilkan kesenian
tradisional. Pada sekitar tahun 2000-an, seni pertunjukan yang sering
ditampilkan pada acara-acara tertentu oleh masyarakat adalah elekton dan
campursari. Elekton dan campursari pada saat itu mendominasi setiap seni
pertunjukan yang diadakan masyarakat. Mereka menampilkan kedua kesenian
tersebut dengan alasan bahwa elekton dan campursari merupakan seni pertunjukan
yang ekonomis dan pada pergelaranya mampu menampilkan berbagai jenis musik,
baik itu dari musik campursari, dangdut, pop, bahkan dari musik karawitan,
sehingga dengan kriteria tersebut pada saat itu masyarakat lebih memilih elekton
dan campursari sebagai hiburan dalam acara yang mereka tampilkan. Selain itu
dengan menampilkan pertunjukan seni karawitan mereka merasa bangga atau mendapat
kemantapan “sreg” dalam hati mereka (wawancara dengan Selo, 20 Juli 2012).
Pada
awal tahun 2002 seni pertunjukan karawitan mulai dipertontonkan dalam setiap
acara hajatan yang diadakan oleh setiap masyarakat. Intensitas penampilan
pertunjukan seni karawitan pada tahun ini masih terbilang jarang, hal ini
disebabkan masih banyak masyarakat yang lebih memilih elekton dari pada
karawitan. Pada tahun-tahun ini merupakan masa transisi dalam bidang seni
pertunjukan sebagai sarana hiburan pada setiap acara yang diadakan oleh
masyarakat Desa Baderan (wawancara dengan Suwarto, 21 Juli 2012).
Perkembangan
pertunjukan seni karawitan pada tahun 2005 sampai 2008 di masyarakat mengalami
penurunan. Adanya penurunan ketertarikan masyarakat pada karawitan disebabkan
karena pada saat itu adanya sebuah alternatif hiburan yang baru dan mampu
menarik masyarakat baik itu masyarakat Desa Baderan maupun desa-desa lainya.
Adapun alternatif hiburan yang baru tersebut adalah seni hadroh modern. Seni
hadroh modern merupakan penggabungan antara seni hadroh klasik dengan didukung
alat-alat modern (wawancara dengan Suwarto dan V. Mubarrok, 21 Juli 2012).
Pertunjukan
seni karawitan di Desa Baderan peminatnya mengalami peningkatan sejak tahun
2009 sampai sekarang. Baik mereka dari kelas sosial menengah ke atas bahkan
menengah ke bawah menampilkan kesenian tersebut. Hampir pada setiap hajatan
yang mereka adakan selalu menampilkan karawitan sebagai seni sarana hiburan.
Mereka mulai meninggalkan seni hadroh modern dan lebih memilih seni karawitan.
C. Motivasi Masyarakat Desa Baderan
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Mengadakan Pertunjukan Seni Karawitan
Generasi
muda zaman sekarang cenderung lebih memilih sebuah seni hiburan yang lebih
menarik atau lebih trend. Mereka
tidak memiliki antusias dengan kebudayaan yang mereka miliki dan salah satunya
adalah kesenian karawitan. Untuk itulah masyarkat Desa Baderan dengan
menampilkan pertunjukan seni karawitan berharap dapat menimbulkan rasa suka
mereka terhadap kesenian mereka sendiri (wawancara dengan Suwarto, 21 Juli
2012).
Masyarakat Desa Baderan mencoba untuk memperkenalkan
kembali kesenian karawitan kepada generasi muda dengan cara menampilkan
kesenian tersebut dalam suatu acara yang diadakan oleh masyarakat Desa Baderan.
Dengan seringnya ditampilkan didepan umum, generasi muda diharapkan mampu untuk
membangkitkan kembali kesenian karawitan yang sudah ada di Desa Baderan (wawancara dengan Selo, 20 Juli 2012).
D. Dampak Sosial Budaya Seni Karawitan di
Desa Baderan Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi
1.
Dampak Sosial
Masyarakat Desa Baderan yang mengadakan seni karawitan tidak
memandang apakah mereka dari status sosial kelas menengah ke bawah atau kelas
menengah ke atas. Mereka mengadakan seni hiburan tersebut karena ada kesadaran
dari mereka untuk melestarikanya. Setelah mengadakan pertunjukan tersebut tidak
ada perubahan status sosial yang signifikan bagi masyarakat, akan tetapi pada
awalnya tahun 2002 ataupun 2009 ada sedikit perbedaan status sosial bagi
mereka, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut awal eksisnya pertunjukan seni
karawitan, sehingga masyarakat menganggap bagi mereka yang menampilakn kesenian
tersebut merupakan orang-orang yang mempunyai status sosial yang cukup tinggi
di masyarakat.
2.
Dampak Budaya
Dampak budaya yang ada pada masyarakat Desa Baderan adalah
mereka merasa dengan melestarikannya pertunjukan seni karawitan mampu
mempengaruhi generasi muda untuk juga ikut melestarikanya. Berdasarkan hal
tersebut, masyarakat Desa Baderan pada tahun 2011 mulai melestarikan kembali
seni karawitan dengan mengadakan kembali perkumpulan karawitan yang diikuti
oleh beberapa generasi muda, dan sampai sekarang ini perkumpulan tersebut mulai
berkembang sedikit demi sedikit. Pada sekarang ini group yang sedang dirintis
oleh masyarakat Desa Baderan adalah “Marsudi Laras”. Perkembangan pada group
karawitan ini belum maksimal.Mereka masih dalam tahap latihan dan baru satu
kali pentas.(wawancara dengan Harsono, 23 Juli 2012)
Pembahasan
A.
Pertunjukan Seni Karawitan
Masyarakat
Desa Baderan mulai tertarik dengan karawitan sebagai pertunjukan seni sudah
sejak lama. Seiring berkembangnya zaman seni karawitan pun mengalami
kemunduran. Kemunduran tersebut disebabkan banyaknya kesenian modern yang lebih
popular dan banyak diminati para remaja pada saat ini. Pertunjukan seni karwitan
mulai kembali diminati pada masyarakat Desa Baderan tahun 2002.
Alasan
mereka menampilkan kembali seni karawitan sebagai salah satu seni hiburan
masyarakat karena mereka mengalami kejenuhan dengan pertunjukan seni yang ada.
Mereka beranggapan bahwa kesenian modern kurang memiliki keindahan. Dengan
menampilkan seni karawitan sebagai salah satu seni pertunjukan, mereka merasa
mendapatkan kemantapan atau “sreg” dalam hati. Dengan kata lain apabila mereka
memiliki hajatan dan tidak “gantung gong”, maka mereka tidak akan merasa telah
mengadakan hajatan. Selain itu adanya modernisasi pada pertunjukan karawitan
yaitu dengan adanya kreasi-kreasi baru pada kesenian tersebut membuat
masyarakat lebih berminat pada seni hiburan tersebut.
Meskipun
dapat digolongkan mahal karena dalam satu pegelaran seni karawitan mencapai 3
sampai 4 juta rupiah, masyarakat Desa Baderan tidak mempermasalahkanya, hanya
pada awal munculnya kembali tahun 2002 saja mereka sedikit mengalami
permasalahan berkaitan dengan mahalnya biaya. Hal ini disebabkan karena
rendahnya perekonomian masyarakat pada waktu itu. Pada masa ini hanya orang
yang ada pada kelas atas saja yang mampu menampilkan kesenian ini. Pada
perkembangannya masyarakat mulai dari kalangan menengah atas bahkan masyarakat
dari kelas bawah pun nekat untuk menampilkan pertunjukan seni karawitan pada
hajatan yang mereka adakan demi untuk mendapatkan kemantapan hati mereka dan
ingin melestarikan kembali kebudayaan pertunjukan seni karawitan di masyarakat
umum khususnya para pemuda yang kurang begitu antusias terhadapnya. Selain itu,
masyarakat Desa Baderan yang sebagaian besar bermata pencaharian sebagai petani
mulai mengalami peningkatan pada sektor perekonomiannya (wawancara dengan Selo,
20 Juli 2012). Perkembangan pertunjukkan seni karawitan di Desa Baderan dapat
dibagi ke dalam tahapan sebagai berikut:
1.
Perkembangan Seni Karawitan Pada Tahun 2002 sampai 2005
Pertunjukan seni karawitan sebagi salah
satu seni hiburan rakyat pada tahun 2002 sampai 2005 mulai muncul kembali di
kalangan masyarakat. Pada tahun-tahun sebelumnya pertunjukan seni karawitan
kurang begitu diminati masyarakat, hal ini disebabkan adanya perubahan
pemikiran tentang kebudayaan yang seharusnya dilestarikan, akan tetapi
masyarakat sendiri kurang antusias dalam pengembangannya. Kurangnya antusiasme
masyarakat dalam perkembangan seni pertunjukan karawitan lebih disebabkan
karena pengaruh semakin majunya peradaban zaman..
Pertunjukan seni modern seperti elekton
dan campursari mulai muncul sekitar tahun 2000-an. Pertunjukan tersebut ini mulai ada pada masyarakat Desa
Baderan karena pengaruh dari daerah-daerah sekitarnya yang lebih dulu sering
menampilkan pertunjukan seni modern tersebut. Setelah dalam kurun waktu 2 tahun
elekton dan campursari menjadi seni hiburan favorit masyarakat, pada tahun 2002
kesenian karawitan mulai muncul sebagai alternatif hiburan rakyat yang sudah
tidak asing lagi.
Pertunjukan seni karawitan apabila
dilihat dari segi peralatannuya tidak jauh beda dengan pertunjukan seni
karawitan pada zaman dulu. Seni karawitan dikatakan lengkap apabila terdiri
dari 15 komponen atau gamelan yaitu, bonang, bonang penerus, kempul, kenong,
demung, saron, peking, slenthem, gender, gambang, kendang, siter, rebab,
suling, kempyang, dan ada beberapa tambahan peralatan yang digunakan sebagai
tambahan agar pertujukan seni karawitan menjadi lebih ramai seperti kecer dan
kendang ketipung. Pada tempat pementasan pertunjukan seni karawitan pada zaman
dulu hanya berada di bawah dan beralaskan tikar, sedangkan pada perkembangannya
tempat pementasan karawitan lebih baik, yaitu berada di sebuah panggung yang
posisinya lebih tinggi dari para penontonya. Penataan panggung pada sebuah
pementasan memiliki nilai estetis tersendiri. Panggung yang tinggi memudahkan
para pemain karawitan berinteraksi dengan penontonnya (Hendro Martono,
2008:10).
2.
Perkembangan Seni Karawitan Pada Tahun 2005 sampai 2008
Pertunjukan seni karawitan dari tahun
2002 sampai pertengahan 2005 mengalami perkembangan yang positif. Pada
tahun-tahun itu pertunjukan seni karawitan mulai mendapat tempat dihati
masyarakat, akan tetapi pada akhir tahun 2005 sampai tahun 2008 perkembangan
pertunjukan seni karawitan sedikit mengalami penurunan. Adanya penurunan minat
terhadap pertunjukan seni karawitan disebabkan karena munculnya alternatif
hiburan baru yaitu hadroh modern. Hadroh modern muncul disebabkan karena pada
saat itu sedang populer-populernya lagu Islami. Kemunculan seni hadroh modern
sendiri tidak hanya muncul pada masyarakat Desa Baderan saja, akan tetapi
kemunculan hadroh sebagai alternatif baru dalam seni hiburan juga muncul di
daerah-daerah lain.
Pengaruh dari populernya musik Islami dan
mahalnya harga menjadi faktor utama menurunya peminat dari seni karawitan. masa
ini peran pemuda pun tidak terlihat dalam usaha meningkatkan seni karawitan
sebagai salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan.Mereka cenderung memilih
kebudayaan modern yang dianggap mereka lebih bagus dan ngetrend. Peminat dari pertunjukan seni karawitan yang ada pada
masa seperti pada tahun 2002 yaitu kalangan orang-orang tua.
3.
PerkembanganSeni Karawitan Pada Tahun 2009 sampai 2012
Pada perkembangan pertunjukan seni karawitan pada masa ini
ditinjau dari segi peralatan dari karawitan tersebut sama dengan pertunjukan
karawitan sebelumnya. Karawitan masih dikatakan lengkap apabila terdiri dari 15
komponen atau gamelan dan beberapa tambahan lainya. Sedikit ada perbedaan antara
pementasan pertunjukan seni karawitan sebelumnya dengan pementasan pertunjukan
seni karawitan sekarang. Perbedaan tersebut terletak pada gendhing-gendhing
yang ditampilkan. Pertunjukan seni karawitan lebih banyak menampilkan
“gendhing-gendhing dolanan” atau lagu-lagu yang ringan dan yang paling popular
pada saat ini misalnya gendhing karawitan terbaru, lagu campursari, dan bahkan
lagu dangdut pun mampu ditampilkan dalam pertunjukan tersebut.
Pada masa ini berkembang “gendhing-gendhing dolanan” terbaru
yang diciptakan oleh pengarang lokal seperti lele danguk, gelang kalung, joko mlarat, dan lain-lain. Selain itu
ada tambahan lagi tentang “tabuhan” atau cara memukul kendang pada saat ini ada
tambahan selain cara memukul kendang dengan irama karawitan yang luwes dan
jaipong, sekarang ini ditambah dengan irama Bojonegoroan. Adanya perubahan pada
seni karawitan tidak terlepas dari perkembangan zaman. Para seniman karawitan
menggabungkan antara kesenian modern dengan tradisional agar pertunjukan seni
karawitan mampu bersaing dalam era globalisasi (Sumaryono, 2007:5)
Adanya perkembangan pada pertunjukan seni karawitan membuat
daya tarik seni karawitan dikalangan masyarakat khusunya golongan tua semakin
bertambah. Mereka mulai membentuk kembali group karawitan yang beranggotakan
beberapa orang yang sudah berkeluarga namun belum terlalu tua dan mereka
berasal dari golongan petani dan buruh tani. Group seni karawitan ini bernama
“Marsudi Laras” yang diketuai oleh bapak Harsono. Group karawitan “Marsudi
Laras” masih dalam tahap latihan. Untuk menjadi seabuah group karawitan yang
terampil dibutuhkan waktu yang lama, karena musik karawitan berbeda dengan
musik modern. Musik karwitan tidak mengenal nada diatonis, akan tetapi
merupakan jenis musik non diatonis yang menggunakan pathet pelog dan slendro.
Group karawitan ini melakukan latihan satu minggu 3 kali dan mendatangkan
seorang pelatih dari Desa Jeruk dan salah satu “yaga” atau anggota dari group
karawitan “Puspo Laras.” Dalam rentang waktu 1 tahun, group ini baru satu kali
disewa dalam sebuah hajatan. Mereka masih kalah bersaing dengan group seni
karawitan yang lebih senior (wawancara dengan Harsono, 23 Juli 2012).
Berdasarkan
perkembangannya diatas, masyarakat Desa Baderan mengalami beberapa kali
perubahan kebudayaan berkaitan dengan pertunjukan seni yang mereka adakan.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhinya yang pertama adalah pengaruh daerah
lain yang lebih dulu menampilkan pertunjukan seni karawitan sebagai salah satu
hiburan. Yang kedua adalah perekonomian masyarakat desa Baderan yang sebagian
besar petani dan buruh tani mulai membaik karena didorong stabilnya harga
gabah. Pada musim panen kedua tahun 2012 ini harga gabah mencapai 300 ribu
rupiah bahkan sampai 440 ribu rupiah per kwintal. Yang ketiga adalah karakter
masyarakat khususnya golongan tua yang menyukai kesenian karawitan. Mereka
merasa belum lengkap atau “sreg” apabila tidak menampilkan pertunjukan seni
karawitan atau istilahnya “gantung gong” pada saat mereka mempunyai hajatan.
B.
Motivasi Masyarakat Desa Baderan Mengadakan Pertunjukan Seni
Karawitan
Pertunjukan
seni karawitan pada dasarnya sudah dikenal masyarakat Desa Baderan sudah lama.
Seiring berkembangnya zaman seni karawitan mulai hilang dari masyarakat. Mereka
memilih kebudayaan modern sebagai pilihan utama dalam kehidupan mereka. Pada
perkembangannya seni karawitan mulai diminati masyarakat, meskipun
ditengah-tengah berkembang pesatnya kesenian modern seperti elekton dan
campursari.
Pada
setiap hajatan yang diadakan masyarakat Desa Baderan pada saat ini sebagian
besar mempertontonkan kesenian karawitan. Mereka merasa bangga dengan
menampilkan kesenian tersebut dibandingkan menampilkan kesenian yang lebih
modern. Masyarakat berharap dengan semakin seringnya pentas seni karawitan
digelar meskipun hanya sebatas hiburan mampu menarik simpati para pemuda Desa
Baderan. Mereka berharap para pemuda untuk bisa melestarikan kebudayaan asli
masyarakat Jawa, sehingga tetap terjaga kelestariannya meskipun dalan era
globalisasi.
C.
Dampak Sosial Budaya Seni Karawitan di Desa Baderan
Pada
masa awal munculnya kembali pertunjukan kesenian karawitan, masyarakat Desa
Baderan yang sebagian petani dari golongan bawah yang mampu menampilkan
kesenian tersebut akan dianggap sebagai orang dari kelas atas. Setelah semakin
banyaknya masyarakat yang menampilkan pertunjukan seni tersebut sebagai sarana
hiburan membuat pendapat tersebut menjadi hilang. Pada sekarang ini orang yang
menampilkan pertunjukan seni karawitan dianggap sama kedudukannya meskipun
mereka dari masyarakat yang berstatus sosial tinggi ataupun rendah. Hal ini
disebabkan faktor ekonomi masyarakat Desa Baderan yang pada sekarang ini mulai
stabil.
Dampak
positif dari meningkatnya popularitas pertunjukan seni karawitan sebagai salah
satu seni hiburan masyarakat adalah adanya regenerasi seni karawitan yang
dilakukan oleh masyarakat. Regenerasi ini bertujuan untuk
melestarikan kebudayaan seni karawitan dan pada dasarnya seni karawitan sendiri
dapat digunakan sebagai media sosial dan sarana pendidikan, karena di dalam permainan
seni karawitan dibutuhkan kehalusan rasa, kejelian, ketelatenan, kesabaran,
serta kebersamaan. Group karawitan yang sedang dirintis masyarakat Desa Baderan
bernama “Marsudi Laras”. Dibentuknya group seni karawitan ini bertujuan untuk
melestarikan kesenian karawitan dan memperkenalkan kepada generasi muda.
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Ketertarikan Masyarakat Desa Baderan Terhadap Pertunjukan
Seni Karawitan
Pertunjukan seni karawitan juga
merupakan salah satu seni hiburan yang pada sekarang ini banyak diminati
masyarakat, meskipun untuk menampilkannya dalam sebuah acara cukup terbilang
mahal, akan tetapi masyarakat tetap antusias untuk melestarikanya.
Berkembangnya kesenian modern tidak berdampak pada antusiasme masyarakat dalam
menampilkan pergelaran seni karawitan. Masyarakat Desa Baderan khusunya
golongan tua sudah sejak lama menyukai kesenian tradisional tersebut.
Mereka tertarik kebali dengan kesenian
karawitan karena disamping ingin melestarikan kembali, juga adanya perkembangan
pada kesenian tersebut yaitu adanya kreasi baru pada kesenian karawitan.
2.
Motivasi Masyarakat Desa Baderan Mengadakan Pertunjukan Seni
Karawitan
Masyarakat Desa Baderan menampilkan
pertunjukan seni karawitan sebagai salah satu seni hiburan adalah untuk
melestarikan kesenian tersebut. Selain itu masyarakat juga ingin memperkenalkan
kesenian karawitan kepada generasi muda yang pada saat ini lebih lebih condong
kepada kesenian modern. Pada dasarnya kesenian karawitan di Desa baderan sudah
ada sejak lama, sehingga masyarakat berkeinginan memunculkan kembali kesenian
tersebut.
3.
Dampak Sosial Budaya Pertunjukan Seni Karawitan Di Desa
Baderan
Masyarakat Desa Baderan yang sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani pada awalnya kemunculanya merasa keberatan karena
cukup mahalnya biaya sewa seni hiburan tersebut. Pada tahun 2002 awal
kemunculannya kembali pertunjukan seni karawitan hanya beberapa orang saja yang
mampu menyewa, itupun orang-orang tertentu atau orang dari status sosial yang
tinggi. Tahun 2009 sebagai fase ketiga bangkitnya kembali pertunjukan
karawitan, masyarakat dari golongan manapun mampu menyewanya. Hal ini
dikarenakan faktor ekonomi yang mebaik pada masyarakat Desa Baderan.
Dampak budaya yang terjadi yaitu adanya regenerasi kesenian
karawitan. Masyarakat Desa Baderan membentuk
kembali group karawitan yang bernama “Marsudi Laras”. Group ini beranggotakan
beberapa orang yang sudah berkeluarga dan belum terlalu tua. Group ini dibentuk
bertujuan untuk memperkenalkan kembali kesenian karawitan kepada generasi muda.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan adapun beberapa saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:
1.
Bagi Pemerintahan Desa
Baderan
Diharapkan
pemerintahan Desa Baderan dapat memfasilitasi kesenian karawitan agar kesenian
karawitan tidak punah. Fasilitas yang diharapkan tersebut dapat berupa
penyediaan peralatan atau gong, karena harga sewa dari gong tersebut cukup
mahal.
2.
Bagi Masyarakat Desa
Baderan
Untuk melestarikan pertunjukan
seni karawitan, masyarakat Desa Baderan harus lebih giat untuk memperkenalkan
pertunjukan seni karawitan kepada generasi muda. Selain itu usaha regenerasi
yang sudah mulai dirintis oleh masyarakat Desa Baderan harus lebih
dimaksimalkan agar mampu menarik minat para pemuda.
3.
Bagi Pemuda Desa
Baderan
Pertunjukan seni karawitan
merupakan kebudayaan asli masyarakat Jawa dan juga telah ada sejak lama di Desa
baderan, sehingga diharapkan pemuda Desa Baderan lebih terbuka untuk
mempelajari kesenian karawitan. Pertunjukan seni karwitan harus dijaga
kelestariannya agar tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin.2003. Data Penelitian Kualitatif Pemahaman
Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
______________.2007.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosialnya. Jakarta: Kencana.
Dudung Abdurahman. 2007. Metodologi penelitian sejarah.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media
Edi Sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta:
Sinar Harapan
Emzir.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analis Data. Jakarta: PT. Raja
grafindo Persada
H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian Edisi Kedua. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Jacob Sumardjo dkk.2001. Seni Pertunjuka Indonesia. Bandung: STSI
PRESS Bandung
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian Dalam Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia.
1999. Keragaman dan Silang Budaya.
Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Manusia
Lexy J. Moelong. 20012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nakagawa. 2000. Musikdan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
P. Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Royce Anya, Peterson. 2007. Antropolog iTari. Bandung: STSI PRESS
Bandung
Soedarsono. 1985. Gemelan, Drama, Tari, dan Komedi Jawa. Proyeksi Penelitiandan
Pengkajian Kebudayaan Nusantara
Soedarsono.1974. Beberapa Catatantentang Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta:
Konservatortari Indonesia
Soedarsono dkk. 1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Global. Yogyakarta:
Konservatortari Indonesia
Soejono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Tjokroatmojo
dkk.1985.Pendidikan Seni Drama.
Surabaya: Usaha Nasional
Waridi dan Bambang Murtiyoso. Seni Pertunjukan Indonesia Menimbang
Pendekatan Emik Nusantara. Surakarta: STSI Surakarta
0 Komentar:
Posting Komentar