Jumat, 14 Desember 2012

Desiminasi Rumah Budaya Indonesia Di Belanda



Dalam rangka menfasilitasi kegiatan Diseminasi Pengembangan Rumah Budaya Indonesia (RBI) yang diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, KBRI Den Haag telah mengadakan kegiatan seminar dengan kalangan akademis, kelompok kesenian, persatuan pelajar Indonesia, para guru Sekolah Indonesia Nederland dan masyarakat umum pada tanggal 27 November 2012 di Ruang Nusantara.
Kegiatan seminar tersebut, dimaksudkan untuk sebagai langkah rintisan dalam bentuk penyebarluasan informasi dan pematangan konsep terkait dengan rencana pengembangan Rumah Budaya Indonesia di mancanegara, khususnya di Belanda sekaligus untuk mendapatkan masukan pemikiran dari para akademisi, penggiat kebudayaan, masyarakat umum maupun KBRI Den Haag.
Kegiatan Desiminasi Rumah Budaya tersebut dihadiri sebanyak 113 peserta dengan  mengetengahkan 2 pembicara dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, yaitu Darwin Tampubolon (Kepala Seksi Diplomasi Luar Negeri) dan Agatya Wenantyawati (staf ahli Wamen).
RBI dimaksudkan untuk membangun lini diplomasi budaya di dunia internasional melalui pengembangan Rumah Budaya Indonesia di negara-negara strategis.  Meningkatkan positioning Indonesia sebagai negara adidaya budaya dalam turut membangun peradaban dunia melalui program dan langkah strategis di bidang kebudayaan. Meningkatkan citra budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat internasional, termasuk memperkuat pengakuan masyarakat internasional akan icon-icon budaya Indonesia (tangible dan intangible cultural heritages).
Konsep RBI adalah sebagai rumah ekspresi dan presentasi, rumah belajar, rumah diskusi seni budaya  serta pengembangan citra budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas oleh masyararakat internasional maupun WNI yang menetap di luar negeri, khususnya penguatan pengakuan internasional akan icon-icon budaya Indonesia (tangible maupun intangible) (Indonesian Culture Advocacy and Promotion).
RBI direncanakan akan berada di  Ibukota negara yang bersangkutan, terintegrasi dengan lokasi KBRI di masing-masing Negara atau di kota-kota strategis yang menjadi pusat konsentrasi aktifitas kebudayaan dan pariwisata.  Khususnya di Belanda diusulkan berada di Leiden dengan pertimbangan antara lain bahwa Leiden University memiliki Fakultas Kajian Indonesia (Indonesian Studies),  KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-/Land-, en Volkenkunde/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Carribean Studies) yang memiliki fokus penelitian pada sastra, seni dan budaya Indonesia juga berada di Leiden. Selain itu Leiden adalah kota yang sangat strategis dan sangat dekat dengan Amsterdam, Den Haag, Rotterdam dan Utrecht sebagai kota-kota utama di Belanda.
Secara umum para akademisi, penggiat kesenian dan masyarakat menyambut baik gagasan pengembangan RBI, namun demikian mereka menggaris bawahi bahwa pendirian RBI perlu memperhatikan karakteristik kegiatan kebudayaan Indonesia yang telah berlangsung di Belanda.  Saat ini banyak kelompok kebudayaan Indonesia di Belanda telah memiliki peralatan kesenian, tetapi tidak ada tempat untuk menyimpan dan merawat.
Masih menurut mereka bahwa yang sangat dibutuhkan para akademisi dan penggiat kebudayaan Indonesia di Belanda, adalah bukan struktur bangunan RBI, melainkan kerjasama dalam mendukung kegiatan kesenian dan kebudayaan Indonesia.  Diantaranya mendatangkan tenaga ahli dan pengajar kesenian dalam periode waktu 3-6 bulan. Mengingat dewasa ini di Belanda sudah banyak pusat-pusat kegiatan kebudayaan, konservatori, dan museum yang menyuguhkan maupun melakukan pengkajian tentang kebudayaan Indonesia.
RBI diharapkan berperan sebagai pusat  jaringan koordinasi untuk seluruh pusat-pusat kegiatan kebudayaan Indonesia dan universitas-universitas dan konservatori yang memiliki bidang studi Indonesia yang telah ada di Belanda dengan mengutamakan program kegiatan regular, terfokus dengan standar kualitas profesional.
RBI diharapkan bukan merupakan rancangan institusi baru melainkan dapat memperkokoh institusi di Belanda yang telah ada melalui peningkatan program kegiatan serta melengkapi peralatan yang telah ada.  Mengingat pendirian institusi baru  akan membutuhkan kesiapan dana, tenaga, waktu dan fasilitas yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.


Sumber:
http://www.id.indonesia.nl/content/view/2502/183/

0 Komentar:

Posting Komentar

 
!!!!Ingat pesan BUNG KARNO: JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH!!!!