Dalam
rangka menfasilitasi kegiatan Diseminasi Pengembangan Rumah Budaya Indonesia
(RBI) yang diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
KBRI Den Haag telah mengadakan kegiatan seminar dengan kalangan akademis,
kelompok kesenian, persatuan pelajar Indonesia, para guru Sekolah Indonesia
Nederland dan masyarakat umum pada tanggal 27 November 2012 di Ruang Nusantara.
Kegiatan
Desiminasi Rumah Budaya tersebut dihadiri sebanyak 113 peserta dengan
mengetengahkan 2 pembicara dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, yaitu Darwin
Tampubolon (Kepala Seksi Diplomasi Luar Negeri) dan Agatya Wenantyawati (staf
ahli Wamen).
RBI
dimaksudkan untuk membangun lini diplomasi budaya di dunia internasional
melalui pengembangan Rumah Budaya Indonesia di negara-negara strategis.
Meningkatkan positioning Indonesia sebagai negara adidaya budaya dalam turut
membangun peradaban dunia melalui program dan langkah strategis di bidang
kebudayaan. Meningkatkan citra budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas
oleh masyarakat internasional, termasuk memperkuat pengakuan masyarakat
internasional akan icon-icon budaya Indonesia (tangible dan intangible cultural
heritages).
Konsep
RBI adalah sebagai rumah ekspresi dan presentasi, rumah belajar, rumah diskusi
seni budaya serta pengembangan citra budaya Indonesia agar dapat lebih
dikenal luas oleh masyararakat internasional maupun WNI yang menetap di luar
negeri, khususnya penguatan pengakuan internasional akan icon-icon budaya
Indonesia (tangible maupun intangible) (Indonesian Culture Advocacy and
Promotion).
RBI
direncanakan akan berada di Ibukota negara yang bersangkutan,
terintegrasi dengan lokasi KBRI di masing-masing Negara atau di kota-kota
strategis yang menjadi pusat konsentrasi aktifitas kebudayaan dan
pariwisata. Khususnya di Belanda diusulkan berada di Leiden dengan
pertimbangan antara lain bahwa Leiden University memiliki Fakultas Kajian
Indonesia (Indonesian Studies), KITLV (Koninklijk Instituut voor
Taal-/Land-, en Volkenkunde/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and
Carribean Studies) yang memiliki fokus penelitian pada sastra, seni dan budaya
Indonesia juga berada di Leiden. Selain itu Leiden adalah kota yang sangat
strategis dan sangat dekat dengan Amsterdam, Den Haag, Rotterdam dan Utrecht
sebagai kota-kota utama di Belanda.
Secara
umum para akademisi, penggiat kesenian dan masyarakat menyambut baik gagasan
pengembangan RBI, namun demikian mereka menggaris bawahi bahwa pendirian RBI
perlu memperhatikan karakteristik kegiatan kebudayaan Indonesia yang telah
berlangsung di Belanda. Saat ini banyak kelompok kebudayaan Indonesia di
Belanda telah memiliki peralatan kesenian, tetapi tidak ada tempat untuk
menyimpan dan merawat.
Masih
menurut mereka bahwa yang sangat dibutuhkan para akademisi dan penggiat
kebudayaan Indonesia di Belanda, adalah bukan struktur bangunan RBI, melainkan
kerjasama dalam mendukung kegiatan kesenian dan kebudayaan Indonesia.
Diantaranya mendatangkan tenaga ahli dan pengajar kesenian dalam periode waktu
3-6 bulan. Mengingat dewasa ini di Belanda sudah banyak pusat-pusat kegiatan
kebudayaan, konservatori, dan museum yang menyuguhkan maupun melakukan pengkajian
tentang kebudayaan Indonesia.
RBI
diharapkan berperan sebagai pusat jaringan koordinasi untuk seluruh
pusat-pusat kegiatan kebudayaan Indonesia dan universitas-universitas dan
konservatori yang memiliki bidang studi Indonesia yang telah ada di Belanda
dengan mengutamakan program kegiatan regular, terfokus dengan standar kualitas
profesional.
RBI
diharapkan bukan merupakan rancangan institusi baru melainkan dapat memperkokoh
institusi di Belanda yang telah ada melalui peningkatan program kegiatan serta
melengkapi peralatan yang telah ada. Mengingat pendirian institusi
baru akan membutuhkan kesiapan dana, tenaga, waktu dan fasilitas yang
belum tentu sesuai dengan kebutuhan.
Sumber:
http://www.id.indonesia.nl/content/view/2502/183/
0 Komentar:
Posting Komentar