Selasa, 29 Januari 2013

Pentingnya Keseimbangan Religiusitas dan Intelektualitas Dalam Kehidupan Mahasiswa


Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk lebih dari 200juta jiwa. Dengan banyaknya penduduk ini, Indonesia kaya akan berbagai suku, agama dan budaya. Tentunya keanekaragaman ini merupakan aset bangsa yang harus dijaga keutuhannya oleh seluruh rakyat Indonesia. Untuk itulah Indonesia memiliki suatu dasar negara yaitu Pancasila untuk mengatur, melindungi dan mengayomi hak-hak dan kewajiban atas keanekaragaman yang dimiliki bangsa ini. Berdasarkan dasar negara yaitu Pancasila, negara Indonesia merupakan negara yang semua penduduknya wajib dan bebas menganut suatu kepercayaan(agama). Bagi bangsa Indonesia religiuitas merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk karakakter bangsa, menjaga batas-batas hukum/norma serta memberi harapan kepada Indonesia. Hal ini juga dapat kita buktikan dalam pembukaan UUD 1945 bahwa Indonesia mengakui atas berkat rahmat Tuhan YME bangsa ini dapat merdeka.
Tidak kalah penting, untuk bersaing dalam era global ini bangsa Indonesia memerlukan Intelektualitas demi memajukan bangsa. Banyak sekali usaha yang telah dibuat negara untuk mengembangkan intelektualitas rakyat, antara lain : pendidikan wajib 9 tahun, progam bidik, pergantian kurikulum, dsb. Atas berkembangnya intelektualitas ini, rakyat bangsa Indonesia telah banyak menciptakan berbagai karya dan kreasi. Sebagai contoh bangsa Indonesia telah menciptakan pesawat, mobil, sepeda dan lain-lain dengan usaha sendiri.
Namun tidak dapat dipungkiri selain hal-hal positif hasil intelektualitas juga ada hal negatif. Dapat kita lihat sekarang banyak kasus korupsi, kebobrokan moral pemuda, dan terorisme melanda bangsa Indonesia. Berbagai kerugian telah diterima bangsa dan rakyat Indonesia karenanya. Dan jika hal ini berkelanjutan, lambat laun bangsa ini akan hancur dan kembali menjadi tanah terjajah. Pastinya hal-hal negatif ini dipengaruhi oleh kelalaian manusia dan tidak seimbangnya antara Intelektualitas dan religiuitas.
Intelektualitas dan religiuitas keduanya harus bekerja bersinergi(seimbang). Dari contoh tadi, sudah kita ketahui bagaimana dampak apabila keduanya tidak diseimbangkan maka bisa berakibat fatal. Religiuitas bagi seseorang sendiri bukanlah untuk menjadi  ahli pertapa, duduk termenung dan diam menikmati indahnya spiritualitas. Sedangkan intelektualitas bagi seseorang sendiri bukanlah sebagai untuk menjadi ilmuwan atau politikus yang senantiasa mengejar harta dan dunia. Untuk menyeimbangkan Intelektualitas dan religiuitas seseorang harus berpikiran mengejar harta atau dunia seakan-akan kita hidup untuk selamanya dan menyempurnakan ibadahnya seakan-akan dia mati besok. Dengan cara ini maka sudah dipastikan akan terbentuk suatu keseimbangan yang melahirkan pribadi bertanggung jawab, jujur dan bijaksana. Hal tersebut tentunya juga tidak bisa dilakukan secara spontanitas atau dengan merubah aturan perundangan-undangan sesuai kelompok agama tertentu. Karena nanti nya hanya akan menambah masalah dalam negara itu sendiri. Untuk itulah perlu di tanamkan sedini mungkin dan akhirnya nanti pribadi seseorang sudah terbiasa melakukan keseimbangan antara intelektualitas dan religiuitas.
Keseimbangan ini harus dimiliki oleh semua pemuda khususnya para mahasiswa sebagai kalangan elit yang mempunyai derajat pendidikan lebih tinggi dibanding pemuda lainnya. Mahasiswa tidak boleh hanya mengejar ilmu semata untuk mencapai cita-citanya. Mereka juga harus menyeimbangkan dengan mengingat Tuhan agar tidak melenceng ke arah yang menuju lembah kejahatan. Mahasiswa yang tidak dapat menyeimbangkan intelektualitas dan religiuitas hanya akan menjadi penyakit bagi bangsa ini. Sebagai contoh mahasiswa yang hanya mementingkan religiuitas, pada masa ini banyak sekali info di berbagai media sosial bahwa mahasiswa yang terjerumus kedalam dunia teroris. Mereka rela mengorbankan nyawa, menyampingkan belajar, meninggalkan teman maupun keluarga, dsb. hanya demi embel-embel akan masuk surga setelah mereka mati. Padahal itu semua adalah perbuatan yang ababil dan tidak berperikemanusiaan. Mahasiswa seperti ini telah melupakan untuk apa sebenarnya peran mereka menjadi seorang golongan terpelajar dan tujuan mereka untuk meraih cita-cita. Sedangkan mahasiswa yang hanya mementingkan intelektualitas akan lebih merugikan banyak rakyat Indonesia. Akibat dari mementingkan belajar dan belajar mereka melupakan apa tujuan mereka diciptakan oleh Tuhan YME. Mahasiswa seperti ini lambat laun akan menjadi bibit-bibit penjahat yang menghianati bangsa dan negaranya demi harta dan tahta.
Dalam praktek kehidupan sehari-hari seorang mahasiswa harus melakukan kesadaran diri dengan mengindahkan nilai-nilai religiuitas untuk selalu digunakan sebagai basis pertimbangan moral dalam melakukan suatu tindakan dan intelektualitas untuk mendapat kalkulasi analitis dalam mempertimbangkan akibat-akibat positif negatif tindakan mereka. Jika hal ini terpenuhi niscaya kehidupan bangsa dan negara Indonesia akan disegani oleh bangsa lain dalam persaingan di era global. Dan yang terpenting perdamaian antar dunia pun akan terwujud bila semua mahasiswa mampu menerapkan keseimbangan ini.
Sebagai aset bangsa yang paling berharga mahasiswa merupakan generasi penerus yang dipundaknya membawa masa depan kehidupan bangsa dan negara. Hancur dan berjayanya negara ini bergantung pada para pemuda khususnya mahasiswa sebagai golongan elit terpelajar. Untuk itulah keseimbangan antara intelektualitas dan religiuitas sangat diperlukan dalam kehidupan mahasiswa supaya nantinya mereka mampu membedakan apa yang baik dan buruk agar mereka bisa menyumbangkan hasil terbaik kepada agama, bangsa serta negaranya.

Dikutip:
http://blog.ub.ac.id/shofy/2012/09/13/pentingnya-keseimbangan-religiusitas-dan intelektualitas-dalam-kehidupan-mahasiswa/#respond

0 Komentar:

Posting Komentar

 
!!!!Ingat pesan BUNG KARNO: JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH!!!!