
Tidak
kalah penting, untuk bersaing dalam era global ini bangsa Indonesia memerlukan
Intelektualitas demi memajukan bangsa. Banyak sekali usaha yang telah dibuat
negara untuk mengembangkan intelektualitas rakyat, antara lain : pendidikan
wajib 9 tahun, progam bidik, pergantian kurikulum, dsb. Atas berkembangnya
intelektualitas ini, rakyat bangsa Indonesia telah banyak menciptakan berbagai
karya dan kreasi. Sebagai contoh bangsa Indonesia telah menciptakan pesawat,
mobil, sepeda dan lain-lain dengan usaha sendiri.
Namun
tidak dapat dipungkiri selain hal-hal positif hasil intelektualitas juga ada
hal negatif. Dapat kita lihat sekarang banyak kasus korupsi, kebobrokan moral
pemuda, dan terorisme melanda bangsa Indonesia. Berbagai kerugian telah
diterima bangsa dan rakyat Indonesia karenanya. Dan jika hal ini berkelanjutan,
lambat laun bangsa ini akan hancur dan kembali menjadi tanah terjajah. Pastinya
hal-hal negatif ini dipengaruhi oleh kelalaian manusia dan tidak seimbangnya
antara Intelektualitas dan religiuitas.
Intelektualitas
dan religiuitas keduanya harus bekerja bersinergi(seimbang). Dari contoh tadi,
sudah kita ketahui bagaimana dampak apabila keduanya tidak diseimbangkan maka
bisa berakibat fatal. Religiuitas bagi seseorang sendiri bukanlah untuk
menjadi ahli pertapa, duduk termenung dan diam menikmati indahnya
spiritualitas. Sedangkan intelektualitas bagi seseorang sendiri bukanlah
sebagai untuk menjadi ilmuwan atau politikus yang senantiasa mengejar harta dan
dunia. Untuk menyeimbangkan Intelektualitas dan religiuitas seseorang harus
berpikiran mengejar harta atau dunia seakan-akan kita hidup untuk selamanya dan
menyempurnakan ibadahnya seakan-akan dia mati besok. Dengan cara ini maka sudah
dipastikan akan terbentuk suatu keseimbangan yang melahirkan pribadi
bertanggung jawab, jujur dan bijaksana. Hal tersebut tentunya juga tidak bisa
dilakukan secara spontanitas atau dengan merubah aturan perundangan-undangan
sesuai kelompok agama tertentu. Karena nanti nya hanya akan menambah masalah
dalam negara itu sendiri. Untuk itulah perlu di tanamkan sedini mungkin dan
akhirnya nanti pribadi seseorang sudah terbiasa melakukan keseimbangan antara
intelektualitas dan religiuitas.
Keseimbangan
ini harus dimiliki oleh semua pemuda khususnya para mahasiswa sebagai kalangan
elit yang mempunyai derajat pendidikan lebih tinggi dibanding pemuda lainnya.
Mahasiswa tidak boleh hanya mengejar ilmu semata untuk mencapai cita-citanya.
Mereka juga harus menyeimbangkan dengan mengingat Tuhan agar tidak melenceng ke
arah yang menuju lembah kejahatan. Mahasiswa yang tidak dapat menyeimbangkan
intelektualitas dan religiuitas hanya akan menjadi penyakit bagi bangsa ini.
Sebagai contoh mahasiswa yang hanya mementingkan religiuitas, pada masa ini
banyak sekali info di berbagai media sosial bahwa mahasiswa yang terjerumus
kedalam dunia teroris. Mereka rela mengorbankan nyawa, menyampingkan belajar,
meninggalkan teman maupun keluarga, dsb. hanya demi embel-embel akan masuk
surga setelah mereka mati. Padahal itu semua adalah perbuatan yang ababil dan
tidak berperikemanusiaan. Mahasiswa seperti ini telah melupakan untuk apa
sebenarnya peran mereka menjadi seorang golongan terpelajar dan tujuan mereka
untuk meraih cita-cita. Sedangkan mahasiswa yang hanya mementingkan
intelektualitas akan lebih merugikan banyak rakyat Indonesia. Akibat dari
mementingkan belajar dan belajar mereka melupakan apa tujuan mereka diciptakan
oleh Tuhan YME. Mahasiswa seperti ini lambat laun akan menjadi bibit-bibit
penjahat yang menghianati bangsa dan negaranya demi harta dan tahta.
Dalam
praktek kehidupan sehari-hari seorang mahasiswa harus melakukan kesadaran diri
dengan mengindahkan nilai-nilai religiuitas untuk selalu digunakan sebagai
basis pertimbangan moral dalam melakukan suatu tindakan dan intelektualitas
untuk mendapat kalkulasi analitis dalam mempertimbangkan akibat-akibat positif
negatif tindakan mereka. Jika hal ini terpenuhi niscaya kehidupan bangsa dan
negara Indonesia akan disegani oleh bangsa lain dalam persaingan di era global.
Dan yang terpenting perdamaian antar dunia pun akan terwujud bila semua
mahasiswa mampu menerapkan keseimbangan ini.
Sebagai
aset bangsa yang paling berharga mahasiswa merupakan generasi penerus yang
dipundaknya membawa masa depan kehidupan bangsa dan negara. Hancur dan
berjayanya negara ini bergantung pada para pemuda khususnya mahasiswa sebagai
golongan elit terpelajar. Untuk itulah keseimbangan antara intelektualitas dan
religiuitas sangat diperlukan dalam kehidupan mahasiswa supaya nantinya mereka
mampu membedakan apa yang baik dan buruk agar mereka bisa menyumbangkan hasil
terbaik kepada agama, bangsa serta negaranya.
Dikutip:
http://blog.ub.ac.id/shofy/2012/09/13/pentingnya-keseimbangan-religiusitas-dan
intelektualitas-dalam-kehidupan-mahasiswa/#respond
0 Komentar:
Posting Komentar