Senin, 06 Mei 2013

Evaluasi Dalam Bimbingan Konseling


A.    Keharusan untuk Mengadakan Evaluasi
Membuat evaluasi berarti membentuk pendapat efisiensi dan efektifitas dari usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan, dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu sebagai patokan. Dalam hal membuat evaluasi terhadap program bimbingan diselidiki apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah membawa efek-efek yang diharapkan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk kegiatan-kegiatan. Teknisnya ialah dengan menerapkan kriteria-kriteria tertentu yang menjadi dasar penilaian terhadap efektifitas program bimbingan. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan bimbingan diinstitusi pendidikan dapat dibuktikan manfaat dan kegunaannya, sehingga fihak-fihak yang menginfestasikan tenaga dan dana dapat diyakinkan bahwa investasi itu tidak percuma. Dalam kenyataanya kiranya tidak ada program yang akan terbukti seluruhnya telah baik dan sempurna, sekurang-kurangnya setelah program ini dilaksanakan selama beberapa kurun waktu tertentu (satu tahun). Kebutuhan-kebutuhan orang muda yang dilayani melalui program bimbingan dari generasi ke generasi akan berubah, sehingga tujuan-tujuan yang ingin dicapai harus diubah dan kegiatan-kegiatan bimbingan harus ikut berubah. Namun perubahan-perubahan itu harus ditetapakan arah dan bentuknya berdasarkan data yang jelas, bukan atas dasar pandangan pribadi anggota-anggota staf pembimbing atau kesukaan mereka.
Evaluasi dapat bersifat formal atau dapat pula bersifat informal. Evaluasi formal mencakup suatu penelitian yang sistematis dan ilmiah, berdasarkan suatu desain dan dengan menggunakan metode serat alat/sarana tertentu. Evaluasi formal berusaha menentukan apakah kegiatan-kegiatan bimbingan yang telah dilakukan menurut rencana program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, memang mencapai efek-efek yang diharapkan. Bagian inti dari evaluasi formal terletak dalam penentuan dan pelaksanaan prosedur yang sesuai untuk mengadakan suatu penelitian, apakah aktifitas-aktifitas bimbingan yang telah dilaksanakan menghasilkan perubahan-perubahan dalam perilaku orang-orang muda, menurut criteria yang selaras dengan tujuan-tujuan layanan bimbingan. Sedangkan evaluasi informal adalah suatu proses penilaian terhadap efektifitas layanan bimbingan dan konseling tanpa berpegang pada suatu desain ilmiah dan tanpa menggunakan metode serta alat yang ditetapkan dalam desain. Evaluasi informal biasanya dilakukan sambil berjalan; dan merupakan kegiatan mental seseorang yang sedang menunaikan tugas.
Seorang professional yang melibatkan dirinya dalam tugas yang diembannya, akan cenderung untuk mencari indikasi-indikasi yang member balikan kepadanya tentang efek-efek dari tindakannya dan tentang persepsi orang-orang terhadapnya. Namun, evaluasi informal ini dapat dipengaruhi oleh prasangka-prasangka dan perasaan-perasaan pada orang professional itu sendiri, sehingga indikasi-indikasi yang ditemukannya mudah diartikan lain daripada makna yang sebenarnya. Dalam kenyataan, evaluasi informal kerap mendasari keputusan-keputusan yang diambil mengenai perubahan-perubahan di dalam pengerahan tenaga dan bentuk kegiatan bimbingan. Oleh karena itu, suatu program bimbingan yang tidak memasukkan rencana dan pelaksanaan proyek evaluasi formal, tetapi mengandung kelemahan, betapapun tingginya frekuensi evaluasi informal.
Evaluasi atau penilaian diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh setelah orang-orang muda berpartisipasi secara aktif dalam beberapa kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan-kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya.
Ø  Peninjauan evaluatif yang pertama memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan, sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan, dan dikenal dengan istilah evaluasi produk atau evaluasi rendemen.
Ø  Peninjauan evaluatif yang kedua memusatkan perhatian kepada aspek-aspek kegiatan-kegiatan bimbingan yang mendahului tercapainya efek, termasuk tujuan-tujuan bimbingan, dan dikenal dengan nama evaluasi proses.
Evaluasi produk dan evaluasi proses keduanya bersifat komplementer. Evaluasi produk hanya meninjau efeknya, dan tidak memandang proses yang mendahului timbulnya efek. Seandainya produk yang dihasilkan kurang memuaskan; maka hal itu dapat kita temukan dengan cara menyoroti proses dalam pembimbingan secar kritis. Peninjauan evaluatif terhadap proses dapatmenemukan kelemahan-kelemahan tertentu menjadi faktor-faktor penyebab bahwa hasilnya kurang memuaskan. Dengan demikian, evaluasi proses akan sangat bermanfaat  sebagai dasar bagi tindakan-tindakan korektif terhadap seluruh aktifitas bimbingan, sehingga produk yang dihasilkan akan lain atau dapat ditingkatkan.
Melalui evaluasi produkini dapat diketemukan kelemahan-kelemahan dalam:
1.      Perencanaan program bimbingan
2.      Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam bimbingan
3.      Pengarahan tenaga-tenaga bimbingan
4.      Supervise dan koordinasi yang diadakan oleh koordinaor bimbingan
5.      Persediaan dan penggunaan sarana-sarana material secara teknis dan,
6.      Kerjasama antara tenaga-tenaga pembimbing
7.      Pengelolaan administrasi bimbingan
Meskipun keharusan untuk mengadakan evaluasi formal sepenuhnya diakui, namun kenyataan di lapangan kita kerap menghadapi hambatan-hambatan yang menyangkut:
a.       Waktu dan tenaga staf pembimbing sudah terserap habis oleh kesibukan rutin mengelola kegiatan-kegiatan bimbingan, sehingga evaluasi, selain yang informal tidak terjangkau.
b.      Konselor sekolah menganggap dirinya kurang kompeten mengadakan studi evaluasi karena bekal yang diperoleh selama masa studi prajabatan dalam perencanaan dan pelaksanaan riset kurang.
c.       Perubahan-perubahan dalam perilaku orang muda yang bukan berupa prestasi-prestasi dibidang belajar kognitf, yaitu sikap, kebiasaan, kerelaan, dan perasaan, tidak mudah diukur dan dinilai dengan menggunakan metode serta alat yang tersedia sampai sekarang.
d.      Data yang terkumpul dalam rangka pengelolaan kegiatan bimbingan kerap tidak dikumpulkan dengan maksud menggunakannya sebagai data yang relevan bagi suatu studi evaluasiprogram, tetapi terkumpul dan tersimpan untuk maksud yang lain.
e.       Studi evaluasi membutuhkan biaya tersendiri,sedang dana yang dialokasikan untuk program bimbingan pada umumnya menutup pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan bimbingan yang rutin saja.
f.       Sangat sulitlah mendapatkan suatu kelompok kontro, seandainya akan diterapkan metode penelitian eksperimental.
g.      Tidak mudah menetapkan criteria-kriteria yang dapat diandalkan dan tepat bagi evaluasi formal dalam lingkup layanan bimbingan.
h.      Menurut pandangan shaw dalam bukunya the function of theoty in guidance program (1968), cirri-ciri kepribadian yang menyertai pengambilan sikap evaluatif tidak menunjukkan korelasi positif dengan cirri-ciri kepribadian yang pada umumnya ditemukan pada orang-orang yang berniat terhadap profesi sebagai konselor sekolah.
Evaluasi produk terutama akan menyangkut kegiatan-kegiatan professional ekstern, khusunya layanan langsung kepada orang-orang muda. Untuk memperoleh produk yang diharapkan, dilakukan banyak kegiatan yang lain, yang lebih sering berkaitan dengan segi-segi proses membimbing dan dibimbing, seperti kegiatan professional intern, kegiatan-kegiatan tersebut sering mendapat sorotan khusus dalam rangka evaluasi proses.  

B.     Kriteria yang Diterapkan
Dalam mengadakan evaluasi, tentunya diperlukan patokan dalam menerapkan kriteria tersebut. Ada dua macam ciri-ciri yang melekat dalam program bimbingan yang baik, yaitu ciri secara internal dan eksternal.
Ciri eksternal yang dimaksud dalam uraian tersebut adalah sebagai berikut:
1)        Terdapat tenaga ahli bimbingan untuk 250-300 siswa, sehingga konselor mampu melayani konseli secara efektif.
2)        Tenaga ahli bimbingan mempunyai kualifikasi yang baik dalam hal pendidikan pra-jabatan di bidang binbingan dan konseling.
3)        Terdapat sistem kartu pribadi yang memuat data-data yang relevan tentang setiap siswa dengan penelolaan yang baik dan digunakan secara aktual.
4)        Terdapat sumber informasi dalam bidang pendidikan dan karier yang mudah dan lengkap serta cepat diakses oleh siswa.
5)        Tersedianya material dan teknis yang memadai.
6)        Tersedianya dana financial guna memperlancar kegiatan kesiswaan.
7)        Layanan bimbingan menjangkau seluruh lapisan siswa.
8)        Tersedianya rencana  program  yang jelas yang tertuang dalam dokumen tertulis.
Sedangkan ciri-ciri secara internal adalah sebagai berikut:
1)        Program bimbingan bersumber pada kebutuhan-kebutuhan siswa didik  yang nyata dan realistis.
2)        Sifat-sifat bimbingan yang menonjol adalah preventif dan development.
3)        Kegiatan-kegiatan bimbingan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditatapkan.
4)        Terdapat keseimbangan antara layanan bimbingan dan konselling.
5)        Stabilitas layanan bimbingan kepada siswa terjamin.
6)        Fleksibilitas dalam pengelolaan layanan bimbingan dan konseling.
7)        Staf pembimbing mempunyai daya semangat yang tinggi.
8)        Staf pembimbing menghindari sikap ‘sudah tahu segala-galanya’.
9)        Staf pembimbing mampu menjelaskan makna dari konseling itu.

Adanya ciri-ciri secara eksternal dan internal belumlah dapat membuktikan bahwa program bimbingan tersebut memang efektif dan efisien. Karena kriteria yang diterapkan haruslah selaras dan seimbang dengan tujuan program BK itu sendiri. Menurut laporan dalam buku Fundamentals of Guidance(1991), kriteria yang digunakan antara lain:
1)        Keberhasilan belajar siswa saat  di perguruan tinggi.
2)        Rasa puas saat memangku jabatan di masyarakat.
3)        Aspirasi dalam penyusunan rencana-rencana masa depan.
4)        Berkurangnya pengungkapan masalah yang mengganggu ketenangan hidup.
5)        Hasil belajar semakin baik.
6)        Keaktifan siswa dalam PBM meningkat.
7)        Berkurangnya siswa yang sering menimbulkan problematis.
8)        Banyaknya siswa yang menggunakan jasa layanan bimbingan.
Namun, kriteria tersebut masih mengandung kelemahan karena ada kemungkinan bahwa perubahan positif pada siswa bukan merupakan hasil dari bimbingan. Di samping itu, tidak semua program dalam bimbingan dapat dituangkan dalam perubahan positif pada siswa, yang mudah dinilai dan diukur sesuai kriteria tertentu.
Kemajuan atau kemunduran siswa dalam prestasi belajar dapat digunakan dengan menggunakan program testing. Namun, jika tujuannya adalah pemilihan program lanjutan kaitannya dengan kemampuan,bakat, minat siswa, maka agak sulit mencerminkannya dan mengukurnya dengan alat/norma sebagai patokan.
Tujuan umum program evaluasi harus dijabarkan atas sejumlah tujuan khusus, dan tujuan khusus itu mungkin tidak dapat mencakup keseluruhan tujuan umum dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, kriteria yang diterapkan haruslah berkaitan dengan tujuan khusus. Sebagaimana dalam usaha-usaha pendidikan, hasil final  itu tidak akan tampak selama siswa masih bersekolah dan hasil final itu akan diketahui siswa ketika dia sudah mencapai umur dewasa. Seorang tenaga pembimbing harus percaya bahwa kegiatan-kegitan bimbingan yang dikelola dengan baik akan membawa hasil yang positif di kemudian hari.
Tujuan-tujuan program bimbingan, dampak yang diharapkan dan kriteria yang ditetapkan harus bersifat realistis, dimana sesuai dengan personel yang tersedia, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan bimbingan, material dan teknis yang tersedia dan dana yang dialokasikan unntuk kegiatan-kegiatan bimbingan. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan evaluasi formal terhadap program bimbingan dan diadakannya survey untuk hal tersebut. Data yang terkumpul melalui survey akan memberikan gambaran secara kongkrit. Bila data survey menggambarkan keadaan yang tidak ideal, studi evaluatif terhadap layanan bimbingan kepada para siswa juga tidak dapat menuntut secar maksimal.
Kelemahan-kelemahan yang ditemukann dalam evaluasi produk bersumber pada keadaan yang tidak ideal itu dan usaha-usaha perbaikan untuk sebagian besar barangkali harus berpusat pada perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi yang terdahulu. Evaluasi produk harus dicari sebabnya dalam proses membimbing-dibimbing juga memperhitungkan keadaan kongkrit di institusi pendidikan tertentu.
Efek-efek yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan bimbingan dapat pula mencakup beberapa aspek yang tidak langsung dituju, tetapi merupakan efek-efek sampingan. Dalam evaluasi program, efek-efek sampingan itu dapat juga ditinjau dan dihubungkan dengan komponen bimbingan konsultasi. Jika demikian, harus ditetapkan kriteria-kriteria yang relevan dan realistik, serta menetapkan kriteria untuk evaluasi produk terhadap layanan langsung kepada para siswa.


Created By: Ririen A

1 Komentar:

MTs N Mlarik mengatakan...

mantab gan

Posting Komentar

 
!!!!Ingat pesan BUNG KARNO: JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH!!!!