Jumat, 05 Juli 2013

Pendidikan dan Minat Membaca Masyarakat Indonesia Kisaran Tahun 2012-2013

A.    Pendidikan di Indonesia Kisaran Tahun 2012-2013
Pendidikan merupakan salah satu hal wajib yang harus didapatkan oleh setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berisi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pada isi dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tersebut yang berkewajiban untuk mencerdaskan bangsa adalah semua warga negara Indonesia dan yang paling khusus adalah lembaga pendidikan itu sendiri.
Tingkat kualitas pendidikan pada masyarakat dari suatu negara dapat dijadikan tolak ukur perkembangan pada negara tersebut. Mengapa demikian, hal ini dikarenakan pendidikan adalah dasar pembentukan karakter dari individu atau kelompok yang nantinya akan berpengaruh pada tingkah laku mereka di lingkungan baik keluarga maupun masyarakat. Akan tetapi sungguh ironi sekali, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih begitu-begitu saja, bahkan kemarin pada 6 Juni 2013 saya sempat menghadiri seminar yang diadakan salah satu komunitas mahasiswa di Magetan yang pada seminar tersebut menyinggung bahwa trend kualitas pendidikan di Indonesia cenderung menurun.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia pendidikan di Indonesia? Pertanyan tersebut kadang-kadang keluar dari pikiran saya. Padahal kurikulum yang merupakan dasar dari proses pembelajaran mengalami perubahan-perubahan yang disebut-sebut bahwa kurikulum yang baru dapat mengatasi problematika pendidikan di Indonesia. Tapi apa kenyataannya di lapangan?. Sejauh yang saya lihat tentang pendidikan di Bumi Tercinta Indonesia pada era modernitas saat ini berbanding terbalik. Banyak fakta yang menyatakan bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia Stagnant atau begitu-begitu saja, tidak ada perkembangan yang berarti. Coba kita lihat ada beberapa kasus dimana pada sebuah sekolahan yang notabene berada di wilayah kota dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik seharusnya dapat menjadi yang baik. Dalam kasus ini banyak siswa siswi dikota tersebut sering melakukan tawuran antar pelajar, bahkan tidak hanya antar pelajar akan tetapi juga dengan kelompok-kelompok tertentu. Mengapa ini bisa terjadi? Padahal sebagai seorang pelajar tugas mereka adalah belajar untuk meningkatkan kualitas diri mereka agar memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan yang mumpuni, bukan menjadi seorang pendekar jalanan yang meresahkan masyarakat. Hampir setiap bulan ada saja di kota Jakarta dan daerah-daaerah lain tawuran pelajar. Dari contoh tersebut yang perlu menjadi pertanyaan adalah adakah tindakan yang kongkrit dari pihak sekolah untuk mengatasi masalah itu dan bagaimana kepedulian pemerintah akan permasalahan seperti ini?
Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia harunya wajib untuk di utamakan. Hal ini untuk menunjang kualitas dan kuantitas dari objek pendidikan dalam hal ini adalah peserta didik. Kualitas siswa khususnya pada saat ini sangat dipertanyakan, apakah mereka cukup kompeten atau tidak. Dengan problematika kurikulum yang ada dan standarisasi Ujian Akhir Nasional yang ada pada saat ini apakah mampu mencetak kualitas anak didik dengan maksimal. Ada sebuah permasalahan  yang sangat kecil akan tetapi jarang diperhatikan dan mampu menjadi sebuah bumerang bagi dunia pendidikan dan terlebih lagi Bangsa Tercinta. Tingkat belajar pada anak didik, apakah para pendidik sering memperhatikan?. Terlepas dari pertanyaan tersebut faktanya banyak sekali anak didik yang mengalami malas belajar, khususnya pada masyarakat biasa atau menengah kebawah.
B.     Berkurangnya Minat Membaca
Pada era perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi yang sangat pesat saat ini berdampak pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Perkembangan tersebut dapat secara positif ataupun negatif bagi peserta didik. Dengan adanya perkembangan tekhnologi sebenarnya kita dimudahkan dalam belajar. Kita sekarang ini dapat belajar dapat melalui berbagai media tidak hanya buku. Akan tetapi dengan adanya kemudahan atau perkembangan yang cukup pesat tersebut apabila tidak dibarengi dengan kontrol yang baik dalam hal ini adalah pendidik dan orang tua, maka akan berdampak negatif bagi peserta didik.
Problematika belajar pada peserta didik di dunia pendidikan di Indonesia sangat menghawatirkan mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat. Fakta yang riil dari rendahnya minat membaca siswa adalah pada saat di sekolah atau di les-lesan (bimbingan belajar) saja mereka mau membaca buku, akan tetapi sebagian siswa setelah pulang sekolah mereka tidak pernah membaca buku. Padahal kalau kita hitung secara matematis setelah pulang sekolah masih banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk membaca buku entah itu 10 menit ataupun lebih. Permasalahan ini biasanya banyak dijumpai pada masyarakat menengah kebawah. Yang menjadi pertanyaan pada masalah ini apakah orang tua mereka tidak menyuruh untuk belajar atau membaca?
Belajar, dalam hal ini yang paling ringan adalah membaca dalam tanda kutip membaca tentang ilmu pengetahuan yang positif. Dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain dengan membaca, peserta didik akan lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Dengan melalui bacaan, peserta didik berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya mem baca lebih terarah kepada budaya intelektual dari pada budaya hiburan yang dangkal. Karena itu, para pakar menyimpulkan untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan. Dalam Ensiklopedia "Buku ialah alat komunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana komunikasi yang paling berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripada sarana komunikasi lainnya. Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak didik daripada sarana-sarana lainnya"(Ensiklopedia Indonesia, Hal.538-539
Ada bukti nyata berkaitan dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia dari beberapa hasil penelitian:
1.      Laporan International Association for Evaluation of Educational pada tahun 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29 setingkat di atas Venezuela. Peta di atas relevan dengan hasil studi dari Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan  Education in Indonesia from Crisis to Recovery” tahun 1998, hasil studi tersebut menunjukan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI sekolah dasar di Indonesia, hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7% setelah Filipina yang memperoleh 52,6%  dan Thailand dengan nilai 65,1% serta Singapura dengan nilai 74,0% dan Hongkong yang memperoleh 75,5%.
2.      Hasil survei UNESCO tahun 1992 menyebutkan, tingkat minat baca rakyat Indonesia menempati urutan 27 dari 32 negara.
3.      Hasil survei yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional tahun 1995 menyatakan, sebanyak 57 persen pembaca dinilai sekadar membaca, tanpa memahami dan menghayati apa yang dibacanya.
4.      Statistik yang dikeluarkan UNICEF didalam beberapa dasawarsa terakhir masih saja menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang penduduknya dalam mengkonsumsi bacaan, baik berupa koran, majalah, maupun buku, tergolong relatif sedikit.(Wasil Abu Ali)
5.      Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 dalam (Human Development Report) 2003 bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks – HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukan bahwa  pembangunan manusia di Indonesia menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia. Sedangkan Vietnam menempati urutan ke 109 padahal negara itu baru saja keluar dari konflik politik yang cukup besar, namun Vietnam lebih yakin bahwa dengan membangun manusianya sebagai prioritas terdepan akan mampu mengejar ketertinggalan yang selama ini mereka alami.
6.      Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menunjukan, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi.Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%). (sumber:www.bps.go.id).
7.      Menurut Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R Agung Laksono, prosentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca.
C.    Catatan
Harapan kami bahwa dengan membaca artikel yang ringan tentang perkembangan dunia pendidikan Indonesia pada saat ini dapat menggugah kesadaran kita bahwa sangat penting sekali untuk mengangkat pendidikan Indonesia agar merata dan mendapatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang baik untuk kepentingan bangsa dan setiap individu itu sendiri. Salah satu kunci agar kualitas diri kita dapat berkembang dengan baik adalah dengan MEMBACA.
Sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/12/indonesia-cinta-baca-541380.html
 http://masmnir.blogspot.com/2013/04/manfaat-dan-kegunaan-membaca-buku.html


1 Komentar:

Unknown mengatakan...

Mungkin faktor pergaulan kali ya mas

Posting Komentar

 
!!!!Ingat pesan BUNG KARNO: JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH!!!!