Kamis, 16 Januari 2014

Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jawa Timur


Pasukan TRIP


Meski baru berusia belasan tahun mereka  berani mengorbankan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. kegagahan dan jiwa patriotisme mereka sudah teruji dalam setiap pertempuran melawan kaum penjajah yang akan merongrong kemerdekaan Indonesia.  Bahkan tentara Inggris yang menjadi pemenang perang dunia ke 2 pun dibuat kewalahan menghadapi kiprah para pelajar dalam pertempuran heroik di depan gedung internatio yang mengakibatkan tewasnya Brigadir Jendral Mallaby, sehingga akhirnya Inggris mengempur Surabaya dengan kekuatan darat,laut dan udara yang dikenal dengan pertempuran 10 Nopember 1945. Dalam perang Dunia ke 2 Inggris belum pernah kehilangan jenderal, tapi di Surabaya mereka mengalami hal tersebut saat melawan kekuatan rakyat termasuk didalamnya para pelajar TRIP yang notabene bukan pasukan profesional dan terlatih seperti tentara Inggris. Sehingga mereka merasa geram dan akhirnya mengempur Surabaya untuk membalaskan kematian jenderal mereka.Seperti diketahui gema proklamasi kemerdekaan yang diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 disambut gembira rakyat Jawa Timur,terutama di kota Surabaya. Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan itu disambut oleh seluruh rakyat baik tua atau muda, laki-laki dan perempuan tak ketinggalan para pemuda yang  di dalamnya termasuk para pelajar. Mereka tak mau ketinggalan dalam mengambil peran tersebut. Insiden bendera di hotel Yamato/L.M.S. (sekarang hotel Majapahit) di jalan Tunjungan membuktikan semangat rakyat yang sangat menggelora dalam mencapai kemerdekaan. Dimana-mana terjadi pengambilan kekuasaan dan perebutan senjata dari tentara pendudukan Jepang baik melalui perundingan ataupun dengan jalan kekerasan. Semua elemen masyarakat berjuang bahu membahu, dalam hal ini para pemuda/pelajar dan mahasiswa memegang peranan penting. Menyadari hal tersebut para pelajar segera membentuk organisasi agar perjuangan lebih terkoordinasi sehingga pada tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah Barisan Keamanan Rakyat- Pelajar ( BKR Pelajar ) yang terdiri dari :
1.      Staff I terdiri dari para pelajar SMT jalan Darmo 49, pelajar SMP II Ketabang di bawah pimpinan pemuda Isman, Wardojo dan Moeljosoedjono
2.      Staff II terdiri dari para pelajar SMTT dan STM di Sawahan pimpinan pemuda Soenarto
3.      Staff III terdiri dari para pelajar SMP I jalan Praban, ST Benteng Miring, SPRI dan sekola Dagang pimpinan pemuda Nono Sanjoto dan Anirun
4.      Staff IV terdiri dari para pelajar yang bersekolah di Herenstraat pimpinan pemuda Soekotjo.
Tanggal 5 Oktober 1945 BKR berubah menjadi TKR (tentara Keamanan Rakyat) maka dengan sendirinya BKR Pelajar berubah nama menjadi TKR Pelajar pada tanggal 19 Oktober 1945 yang diresmikan oleh komandan TKR Kota Surabaya Bapak Soengkono. Barisan Pelajar ini akif terjun dalam pertempuran pertempuran di Surabaya baik dalam kota ataupun di luar kota antara lain :
-          penghadangan penaratan musuh di Kaliwaron tanggal 26 Oktober 1945
-          penyerangan pertahanan sekutu di gedung H.B.S tanggal 28 Oktober yang mengakibatkan gugurnya pelajar Doemadioadi dari Staff I dan pelajar Soeparto dari Staff IV
-          Pertempuran di Kaliasin tanggal 24 Nopember dan lain lain seperti di jalan Ambengan, jalan Jimerto, Gedung Don Bosco, Viaduct Pasar Besar, Viaduct Gembong, Gedung Kempetai, gedung Internatio, jalan Ngagel, Wonokromo dan lain-lain.
-          Tanggal 28 Nopember 1945 pertempuran mempertahankan Gunungsari dari serangan Inggris beberapa pelajar gugur dalam pertempuran itu antara lain ; Soetojo, Samsudin, Soewondo, Soewardjo dan Soepangat.
Karena kekuatan yang tak seimbang maka pasukan TKR pelajar terpaksa meninggalkan Surabaya menuju ke barat melewati Kedurus untuk menahan serangan Inggris yang menuju Sidoarjo, maka pasukan pelajar inipun akhirnya bermarkas di Pabrik gula Candi.
Tahun 1946 TKR berubah menjadi TRI (tentara Republik Indonesia) maka TKR pelajarpun berubah nama menjadi TRI Pelajar tepatnya pada tanggal 26 Januari 1946 yang kemudian dikenal sampai sekarang dengan sebutan TRIP (tentara Republik Indonesia Pelajar). Pemusatan pasukan kemudian ditempatkan di desa Jetis sebelah timur Mojokerto dimana tempat tersebut merupakan basis perjuangan pelajar-pelajar yang akan menuju garis depan yang datang dari daerah-daerah seperti: Kediri,Blitar, Malang, Jember, Madiun, Solo, Jogya, Bojonegoro dan tempat tempat lain.
Tanggal 21 Juli 1946 dengan masuknya satuan pelajar dan laskar I.P.I sebagai realisasi Konggres di Malang maka TRIP berkembang keseluruh Jawa Timur. Hasilnya tersusunlah organisasi TRIP yang teratur dengan personalianya sebagai berikut :
-          Komandan dijabat oleh pelajar Isman atau dikenal dengan nama Mas Isman
-          Wakil Komandan dijabat oleh Moeljosoedjono berkedudukan di Mojokerto
Kemudian pasukan yang ada dikoordinasi dalam satuan-satuan kecil sebagai berikut :
a.       Batalyon 1000 meliputi Mojokerto (pasukan ex. Surabaya dan sekitarnya)
b.      Batalyon 2000 meliputi Madiun dan sekitarnya termasuk Bojonegoro. Untuk Madiun bermarkas di SMP Pertahanan Madiun sekarang SMP Negeri 2 Kota Madiun Jalan H.A. Salim
c.       Batalyon 3000 meliputi Kediri dan sekitarnya termasuk Nganjuk
d.      Batalyon 4000 meliputi Jember dan sekitarnya termasuk lumajang
e.       Batalyon 5000 meliputi Malang dan sekitarnya termasuk Pasuruan
Untuk mempersiapkan batalyon batalyon di atas pada bulan Agustus diadakan latihan calon Komandan di Mojokerto tepatnya di sekolah Pertanian Menengah yang dipimpin oleh Soedarto Perang, Koesoemo Hadi, Rasjid dan Sardjono. Tapi bukan berarti TRIP sudah selesai pengabdiannya kepada bangsa, berbagai kontak senjata masih terjadi antara pasukan TRIP dengan musuh di garis depan, sepert di kubu Kedamean dan pertempuran di Balongbendo.
Tahun 1947 sambil belajar di bangku sekolah para pelajar TRIP sesekali mengempur pertahanan musuh secara bergantian. Tanggal 21 Juli 1947 Terjadi Agresi Belanda ke 1 yang mengempur daerah besuki dan arah selatan Porong-Trawas-Lawang-Malang. Pasukan TRIP di Malang berusaha mempertahankan kota tapi karena persenjataan yang tak seimbang TRIP menderita korban yang banyak.
-          Peristiwa pertempuran jalan Salak Malang yang meminta korban 35 pelajar gugur termasuk di dalamnya komandan batalyon 5000 pelajar Soesanto.
-          Pertempuran di jalan Kawi yang mengakibatkan gugurnya pelajar Setoe dari Tulung Agung.
Karena Agresi Belanda ini maka Pusat Komando TRIP berpindah ke Gabru, Kediri dan Madiun. Markas Komando Pusat TRIP berkedudukan di Gabru, Markas Komando I ( gabungan dari Yon 1000 dan Yon 2000 ) berkedudukan di Madiun sedangkan Markas Komando II berasal dari Yon 3000 di Kediri. Markas / asrama TRIP Komando I bertempat di gedung SMP Negeri 2 Madiun. sesuai dengan tujuan dari TRIP, disamping bertempur melawan penjajah juga mengutamakan belajar. Untuk itu SMP dan SMA pertahanan yang didirikan oleh TRIP di Mojokerto di lanjutkan lagi di Madiun. Di kota Madiun cita-cita TRIP sebagai pelajar pejuang diteruskan dalam ikatan TRIP Jawa Timur. Semasa perang Kemerdekaan anggota TRIP mendapatkan sebutan “mas” dari masyarakat, karena yang jelas mereka agak bingung untuk memanggil para pelajar pejuang ini. Dipanggil “pak” masih sangat muda dan belum pantas, tapi jika dipanggil ” dik/ nak” mereka sudah berani mengangkat senjata melawan kaum penjajah. Dan itu menunjukan bahwa mereka bukanlah anak-anak lagi, meskipun rata-rata usia mereka antara 12 s/d 20 tahunanjadilah sesuai budaya Jawa yang menjaga kesopanan dalam pergaulan maka disebutlah anggota TRIP dengan panggilan Mas. Sehingga sampai sekarang dikenal dengan sebutan MasTRIP. jadi jelaslah bahwa “mas” bukan merupakan singkatan tapi panggilan akrab masyarakat kepada para anggota pasukan TRIP

Sumber: http://mustjans69.wordpress.com/2009/04/20/riwayat-singkat-berdirinya-trip-jawa-timur-indonesian-student-army/#more-89

0 Komentar:

Posting Komentar

 
!!!!Ingat pesan BUNG KARNO: JANGAN SEKALI-SEKALI MELUPAKAN SEJARAH!!!!