Pasukan TRIP |
Meski baru berusia belasan tahun mereka berani
mengorbankan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. kegagahan
dan jiwa patriotisme mereka sudah teruji dalam setiap pertempuran melawan kaum
penjajah yang akan merongrong kemerdekaan Indonesia. Bahkan tentara
Inggris yang menjadi pemenang perang dunia ke 2 pun dibuat kewalahan menghadapi
kiprah para pelajar dalam pertempuran heroik di depan gedung internatio yang
mengakibatkan tewasnya Brigadir Jendral Mallaby, sehingga akhirnya Inggris mengempur
Surabaya dengan kekuatan darat,laut dan udara yang dikenal dengan pertempuran
10 Nopember 1945. Dalam perang Dunia ke 2 Inggris belum pernah kehilangan
jenderal, tapi di Surabaya mereka mengalami hal tersebut saat melawan kekuatan
rakyat termasuk didalamnya para pelajar TRIP yang notabene bukan pasukan
profesional dan terlatih seperti tentara Inggris. Sehingga mereka merasa geram
dan akhirnya mengempur Surabaya untuk membalaskan kematian jenderal mereka.Seperti diketahui gema proklamasi kemerdekaan yang diumumkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 disambut gembira rakyat Jawa Timur,terutama di
kota Surabaya. Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan itu disambut oleh
seluruh rakyat baik tua atau muda, laki-laki dan perempuan tak ketinggalan para
pemuda yang di dalamnya termasuk para pelajar. Mereka tak mau ketinggalan
dalam mengambil peran tersebut. Insiden bendera di hotel Yamato/L.M.S.
(sekarang hotel Majapahit) di jalan Tunjungan membuktikan semangat rakyat yang
sangat menggelora dalam mencapai kemerdekaan. Dimana-mana terjadi pengambilan
kekuasaan dan perebutan senjata dari tentara pendudukan Jepang baik melalui
perundingan ataupun dengan jalan kekerasan. Semua elemen masyarakat berjuang
bahu membahu, dalam hal ini para pemuda/pelajar dan mahasiswa memegang peranan
penting. Menyadari hal tersebut para pelajar segera membentuk organisasi agar
perjuangan lebih terkoordinasi sehingga pada tanggal 22 Agustus 1945
dibentuklah Barisan Keamanan Rakyat- Pelajar ( BKR Pelajar )
yang terdiri dari :
1. Staff I
terdiri dari para pelajar SMT jalan Darmo 49, pelajar SMP II Ketabang di bawah
pimpinan pemuda Isman, Wardojo dan Moeljosoedjono
2. Staff II
terdiri dari para pelajar SMTT dan STM di Sawahan pimpinan pemuda Soenarto
3. Staff III
terdiri dari para pelajar SMP I jalan Praban, ST Benteng Miring, SPRI dan
sekola Dagang pimpinan pemuda Nono Sanjoto dan Anirun
4. Staff IV
terdiri dari para pelajar yang bersekolah di Herenstraat pimpinan pemuda
Soekotjo.
Tanggal 5 Oktober 1945 BKR berubah menjadi TKR (tentara
Keamanan Rakyat) maka dengan sendirinya BKR Pelajar berubah nama menjadi TKR
Pelajar pada tanggal 19 Oktober 1945 yang diresmikan oleh komandan TKR Kota
Surabaya Bapak Soengkono. Barisan Pelajar ini akif terjun dalam pertempuran
pertempuran di Surabaya baik dalam kota ataupun di luar kota antara lain :
-
penghadangan penaratan
musuh di Kaliwaron tanggal 26 Oktober 1945
-
penyerangan pertahanan
sekutu di gedung H.B.S tanggal 28 Oktober yang mengakibatkan gugurnya pelajar
Doemadioadi dari Staff I dan pelajar Soeparto dari Staff IV
-
Pertempuran di
Kaliasin tanggal 24 Nopember dan lain lain seperti di jalan Ambengan, jalan
Jimerto, Gedung Don Bosco, Viaduct Pasar Besar, Viaduct Gembong, Gedung
Kempetai, gedung Internatio, jalan Ngagel, Wonokromo dan lain-lain.
-
Tanggal 28 Nopember
1945 pertempuran mempertahankan Gunungsari dari serangan Inggris beberapa
pelajar gugur dalam pertempuran itu antara lain ; Soetojo, Samsudin, Soewondo,
Soewardjo dan Soepangat.
Karena kekuatan yang tak seimbang maka pasukan TKR pelajar
terpaksa meninggalkan Surabaya menuju ke barat melewati Kedurus untuk menahan
serangan Inggris yang menuju Sidoarjo, maka pasukan pelajar inipun akhirnya
bermarkas di Pabrik gula Candi.
Tahun 1946 TKR berubah menjadi TRI (tentara Republik Indonesia) maka TKR pelajarpun berubah nama menjadi TRI Pelajar tepatnya pada tanggal 26 Januari 1946 yang kemudian dikenal sampai sekarang dengan sebutan TRIP (tentara Republik Indonesia Pelajar). Pemusatan pasukan kemudian ditempatkan di desa Jetis sebelah timur Mojokerto dimana tempat tersebut merupakan basis perjuangan pelajar-pelajar yang akan menuju garis depan yang datang dari daerah-daerah seperti: Kediri,Blitar, Malang, Jember, Madiun, Solo, Jogya, Bojonegoro dan tempat tempat lain.
Tahun 1946 TKR berubah menjadi TRI (tentara Republik Indonesia) maka TKR pelajarpun berubah nama menjadi TRI Pelajar tepatnya pada tanggal 26 Januari 1946 yang kemudian dikenal sampai sekarang dengan sebutan TRIP (tentara Republik Indonesia Pelajar). Pemusatan pasukan kemudian ditempatkan di desa Jetis sebelah timur Mojokerto dimana tempat tersebut merupakan basis perjuangan pelajar-pelajar yang akan menuju garis depan yang datang dari daerah-daerah seperti: Kediri,Blitar, Malang, Jember, Madiun, Solo, Jogya, Bojonegoro dan tempat tempat lain.
Tanggal 21 Juli 1946 dengan masuknya satuan pelajar dan
laskar I.P.I sebagai realisasi Konggres di Malang maka TRIP berkembang
keseluruh Jawa Timur. Hasilnya tersusunlah organisasi TRIP yang teratur dengan
personalianya sebagai berikut :
-
Komandan dijabat oleh
pelajar Isman atau dikenal dengan nama Mas Isman
-
Wakil Komandan dijabat
oleh Moeljosoedjono berkedudukan di Mojokerto
Kemudian pasukan yang ada dikoordinasi dalam satuan-satuan
kecil sebagai berikut :
a. Batalyon
1000 meliputi Mojokerto (pasukan ex. Surabaya dan sekitarnya)
b. Batalyon
2000 meliputi Madiun dan sekitarnya termasuk Bojonegoro. Untuk Madiun bermarkas
di SMP Pertahanan Madiun sekarang SMP Negeri 2 Kota Madiun Jalan H.A. Salim
c. Batalyon
3000 meliputi Kediri dan sekitarnya termasuk Nganjuk
d. Batalyon
4000 meliputi Jember dan sekitarnya termasuk lumajang
e. Batalyon
5000 meliputi Malang dan sekitarnya termasuk Pasuruan
Untuk mempersiapkan batalyon batalyon di atas pada bulan
Agustus diadakan latihan calon Komandan di Mojokerto tepatnya di sekolah
Pertanian Menengah yang dipimpin oleh Soedarto Perang, Koesoemo Hadi, Rasjid
dan Sardjono. Tapi bukan berarti TRIP sudah selesai pengabdiannya kepada
bangsa, berbagai kontak senjata masih terjadi antara pasukan TRIP dengan musuh
di garis depan, sepert di kubu Kedamean dan pertempuran di Balongbendo.
Tahun 1947 sambil belajar di bangku sekolah para pelajar TRIP sesekali mengempur pertahanan musuh secara bergantian. Tanggal 21 Juli 1947 Terjadi Agresi Belanda ke 1 yang mengempur daerah besuki dan arah selatan Porong-Trawas-Lawang-Malang. Pasukan TRIP di Malang berusaha mempertahankan kota tapi karena persenjataan yang tak seimbang TRIP menderita korban yang banyak.
Tahun 1947 sambil belajar di bangku sekolah para pelajar TRIP sesekali mengempur pertahanan musuh secara bergantian. Tanggal 21 Juli 1947 Terjadi Agresi Belanda ke 1 yang mengempur daerah besuki dan arah selatan Porong-Trawas-Lawang-Malang. Pasukan TRIP di Malang berusaha mempertahankan kota tapi karena persenjataan yang tak seimbang TRIP menderita korban yang banyak.
-
Peristiwa pertempuran
jalan Salak Malang yang meminta korban 35 pelajar gugur termasuk di dalamnya
komandan batalyon 5000 pelajar Soesanto.
-
Pertempuran di jalan
Kawi yang mengakibatkan gugurnya pelajar Setoe dari Tulung Agung.
Karena Agresi Belanda ini maka Pusat Komando TRIP berpindah
ke Gabru, Kediri dan Madiun. Markas Komando Pusat TRIP berkedudukan di Gabru,
Markas Komando I ( gabungan dari Yon 1000 dan Yon 2000 ) berkedudukan di Madiun
sedangkan Markas Komando II berasal dari Yon 3000 di Kediri. Markas / asrama
TRIP Komando I bertempat di gedung SMP Negeri 2 Madiun. sesuai dengan tujuan
dari TRIP, disamping bertempur melawan penjajah juga mengutamakan belajar.
Untuk itu SMP dan SMA pertahanan yang didirikan oleh TRIP di Mojokerto di
lanjutkan lagi di Madiun. Di kota Madiun cita-cita TRIP sebagai pelajar pejuang
diteruskan dalam ikatan TRIP Jawa Timur. Semasa perang Kemerdekaan anggota TRIP
mendapatkan sebutan “mas” dari masyarakat, karena yang jelas
mereka agak bingung untuk memanggil para pelajar pejuang ini. Dipanggil “pak”
masih sangat muda dan belum pantas, tapi jika dipanggil ” dik/
nak” mereka sudah berani mengangkat senjata melawan kaum penjajah.
Dan itu menunjukan bahwa mereka bukanlah anak-anak lagi, meskipun rata-rata
usia mereka antara 12 s/d 20 tahunanjadilah sesuai budaya Jawa yang menjaga
kesopanan dalam pergaulan maka disebutlah anggota TRIP dengan panggilan Mas. Sehingga
sampai sekarang dikenal dengan sebutan MasTRIP. jadi jelaslah bahwa “mas”
bukan merupakan singkatan tapi panggilan akrab masyarakat kepada para
anggota pasukan TRIP
Sumber: http://mustjans69.wordpress.com/2009/04/20/riwayat-singkat-berdirinya-trip-jawa-timur-indonesian-student-army/#more-89
0 Komentar:
Posting Komentar